JAKARTA- Harga nikel pada hampir dua pekan pertama 2016 masih negatif, seolah melanjutkan tren sepanjang 2015. Tahun lalu menjadi tahun yang gelap bagi nikel. Kondisi ekonomi China, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed hingga turunnya harga minyak mentah dunia, menyeret harga nikel.

Sepanjang tahun lalu, harga nikel terjun dalam hingga 42,97%. Padahal pada 2014, harga nikel sempat mencapai US$ 21.600 per metrik ton saat konflik geopolitik di Ukraina memanas. Setelah itu, harga nikel terus melemah hingga awal tahun ini. Laporan yang dirilis Bloomberg (29-12-2015), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,2% dari sehari sebelumnya di level US$ 8.535 per metrik ton.

Selang dua pekan kemudian harga nikel juga masih menunjukkan tren negative. Mengutip Bloomberg, Rabu (13-1-2016) pukul 13.56 WIB, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,6% ke US$ 8.195 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Angka tersebut merupakan rekor terendak sejak 2003. Penurunan tajam nikel itu salah satunya karena pelemahan harga minyak  WTI yang saat ini menembus level US$ 29 per barel.

Feronikel antam

Harga nikel sulit meningkat tahun ini karena sejumlah faktor

Di luar itu, pelemahan harga nikel juga didorong oleh data ekonomi China. Neraca perdagangan China bulan Desember sebenarnya cukup positif dengan surplus US$ 594,5 miliar. Namun, angka ekspor turun 1,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut juga disertai dengan penurunan impor yang cuma 7,6% atau berada di bawah proyeksi ekonom sebesar 11%. Apalagi pada saat yang sama indeks dolarAS mencapai level tertingginya.

Banyak faktor yang sebenarnya menyebabkan harga nikel meredup. Pertama, pertumbuhan ekonomi China diprediksi hanya 6,5% di tahun 2016 atau di bawah target pemerintah sebesar 7%. Kedua, The Fed berencana kembali menaikkan suku bunga tahun depan. Ketiga, penurunan harga minyak masih bisa berlanjut jika produsen terutama OPEC enggan memangkas produksi.

Sejumlah analis memperkirakan harga nikel di semester I 2016 akan akan turun ke US$ 7.000 per metrik ton. Pada semester II, nikel berpeluang menguat. Menurut rerata survei 16 analis yang dilakukan Bloomberg, harga nikel sepanjang tahun ini dapat menguat ke level US$ 12.250 per metrik ton.

Mark Beveridge, konsultan senior CRU Group di London, mengatakan  produksi stainless steel China dengan kandungan nikel yang tinggi akan naik tahun ini atau rebound pertama sejak penurunan tujuh tahun terakhir didorong peningkatan permintaan dari proyek infrastruktur. Namun, produksi nikel berpotensi turun. Apalagi Glencore Plc bakal menutup salah satu tambang nikel di Australia. Para produsen nikel di China juga memangkas produksi tahun ini sekurangnya 20%.

Dengan kondisi seperti ini, adakah harapan harga nikel bergerak positif pada 2016, paling tidak di pengujung tahun ini?  (DR)