JAKARTA – Mandatori penggunaan bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel ditargetkan mampu menghemat 5 juta kiloliter atau setara US$1,9 miliar pada 2016. Menurut Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana optimalisasi pengembangan EBT memerlukan subsidi yang lebih besar. Untuk itu, pemerintah sudah menjamin subsidi pengembangan EBT dalam aturan perundang-undangan.

“Kami juga mempercepat pembangkit ebtke, tanggung jawab kami makin besar karena harapan orang makin besar. Beberapa policy, perbaikan feed in tariff untuk menarik investor. Karena tidak mungkin pakai APBN,” katanya, di Jakarta, Kamis.

Saat ini, kata dia, sudah masuk 171 proporsal dengan nilai investasi Rp20 triliun dengan kapasitas 800 megawatt (MW). “Siap di PPA,” katanya.

Begitu juga dengan Pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB), ada 8 investor sudah melakukan survey pendahuluan. Di antara investor tersebut sudah ada yang menemukan prospek. “Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan set up regulasi yang menarik juga selling price-nya. Kapasitas 1 MW aja US$2 jutaan,” ujarnya.

Rida mengatakan pemerintah juga akan terus mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar biogas dari limbah kelapa sawit. “Bio gas dari limbah kelapa sawit juga akan dikebut. Bisa memberi 1,5 MW. Nah kita punya 800 perkebunan kelapa sawit (PKS). Paling tidak, 600 MW bisa. Investasi jutaan dolar juga masuk,” katanya.(RA)