JAKARTA – Pemerintah diminta memaksimalkan potensi sumber daya gas yang ada di wilayah timur Indonesia yang dinilai bisa dimanfaatkan hingga 15-20 tahun ke depan. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) mengidentifikasi ada tiga sumber gas utama di wilayah tersebut.
“Dari simulasi yang ada berbagai macam pemanfaatan bisa dirasakan mulai dari hulu, listrik hingga petrokimia. Ini potensi kita lihat memang naik untuk memakmurkan kawasan Timur Indonesia,” kata Tutuka Ariadji, Ketua IATMI di Jakarta, Rabu (26/4).

Tiga blok besar yang saat ini tengah dalam pengembangan dan sudah mulai beroperasi adalah Blok Kasuari, Tangguh dan Masela.
Blok Kasuri yang dioperatori perusahaan asal Malaysia Genting Oil memiliki kapasitas produksi mencapai 285 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Blok Tangguh yang dikelola BP dengan tiga fasilitas train memiliki kapasitas sebesar 11,4 MTPA.

Serta Blok Masela yang tengah dikembangkan Inpex Corporation saat ini masih menunggu persetujuan revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) dari pemerintah. Blok Masela merupakan salah satu penemuan cadangan gas terbesar di dunia dengan total cadangan diproyeksi sebesar 10,73 TCF.

Tutuka mencontohkan untuk Blok Masela yang saat ini masih dibahas revisi PoD-nya, negosiasi dengan kontraktor menjadi sangat penting karena berkaitan dengan berapa alokasi gas yang akan didapatkan negara guna mendukung pengembangan energi di tanah air.

Salah satu energi yang bisa dikonversikan dari sumber daya yang ada di wilayah timur adalah listrik. Gas berperan sebagai energi primer pembentuk energi listrik sebagai energi sekunder. Dengan adanya listrik di wilayah timur maka dengan sendirinya pemerataan pembangunan serta ekonomi masyarakat di wilayah timur akan menjadi lebih cepat.

Kajian IATMI potensi peningkatan terhadap pendapatan bruto wilayah timur Indonesia bisa meningkat cukup tajam jika mampu manfaatkan ketiga sumber gas itu dengan lebih baik. “Peningkatan pendapatan bruto bisa mencapai 15-20%,” ungkap Tutuka.

Dengan adanya potensi besar di wilayah timur pemerintah pun diminta tidak menutup mata untuk segera bisa mendorong dan merealisasikan berbagai rencana pembangunan fasilitas terkait industri migas disana. Pasalnya sebagian besar fasilitas yang ada sekarang itu bisa terbangun apabila investor sudah masuk.

“Timur Indonesia jika kita ingin tingkatkan ekonomi yang berimbas pada kesejahteraan penduduk maka prasyarat tersedianya infrastruktur energi. Otomatis butuh listrik sebagai sekunder dan listrik butuh gas sebagai energi primer,” kata Tutuka. (RI)