CILACAP – PT Pertamina (Persero) menandaskan bah­wa unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang terletak di Refinery Unit (RU) IV Cilacap telah siap untuk beroperasi secara komersial pada Oktober 2015. Hal tersebut ditandai dengan adanya hasil produksi yang telah dikeluarkan oleh unit RFCC tersebut berupa High Octane Mogas Component (HOMC) dan LPG.

Menyusul produksi LPG yang dihasilkan oleh unit RFCC, pada Jumat (9/10), dilakukan penyaluran perdana LPG dari RFCC RU IV Cilacap ke Gas Domestik (Gasdom) Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah. Pe­nyaluran LPG tersebut disalurkan melalui pipa dan disimpan dalam tanki LPG di Gasdom Region IV yang terletak di Kawasan Industri Cilacap (KIC). Hadir dalam penyaluran perdana LPG tersebut GM RU IV Nyoman Sukadana, VP Refining Project Ignatius Tallulembang, GM MOR IV Kusnendar, dan OH Gasdom Region IV Muh. Tohir.

GM RU IV Cilacap Nyoman Sukadana mengatakan, pro­duksi LPG dari RFCC RU IV Cilacap telah dimulai pada awal Oktober 2015 lalu di unit LPG Plant dan kini siap didistribusikan ke masyarakat melalui Gasdom Region IV. “Komitmen Pertamina untuk memenuhi supply ener­gi masyarakat ditunjukkan dengan peningkatan produksi LPG melalui unit RFCC RU IV Cilacap ini. Jumlah produksi LPG yang dihasilkan oleh unit ini adalah sebesar 1.000 ton/hari. Dan sekarang kami bersama-sama menyalurkan LPG perdana sebanyak 2000 ton,” ujar Nyoman Sukadana, seperti dikutip laman Pertamina, Senin (19/10).

Dari produksi LPG ter­sebut akan disalurkan ke masyarakat yang berada di Pulau Jawa, utamanya provinsi Jawa Tengah sehingga dapat menjamin pasokan LPG di daerah tersebut. Sebelum beroperasinya unit RFCC ini , pemenuhan kebutuhan LPG masyarakat berasal dari RU IV Cilacap dan impor. RU IV Cilacap per harinya dapat memproduksi 200 ton/hari dan sisa ke­butuhan LPG dipenuhi oleh impor.

“Dengan beroperasinya unit RFCC yang menghasilkan produksi LPG 1.000 ton/hari, kita dapat menekan impor LPG sebesar 50% sehingga dampaknya sangat signifikan untuk menghemat devisa negara, menghemat biaya transportasi, sekaligus memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus menerus meningkat,” tambah Sukadana.

Dia menuturkan sebelum disalurkan ke ma­syarakat, tim Direktorat Pengolahan telah melakukan pengecekan spesifikasi dan kualitas produk. “Untuk produk HOMC sudah disalurkan pada awal Oktober lalu, disusul produk LPG. Sementara produk Propylene menjadi target selanjutnya setelah melalui tahapan inspeksi. Distribusi produk Propylene lebih diarahkan untuk di ekspor ke luar negeri,” ungkapnya.

Tujuan pembangunan RFCC Project Cilacap adalah untuk meningkatkan produksi HOMC dengan target 37.000 barrel per hari, LPG sebesar 1.066 ton per hari, dan Propylene sebanyak 430 ton per hari. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi impor dan menghemat devisa negara hingga 5-6% per tahun.(LH)