JAKARTA — Lima tahun ke depan Pertamina akan memiliki kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi sebesar 907 MW. Dengan daya sebesar itu dapat dihemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.
“Mengembangkan panas bumi memang tidak mudah dan terbukti kendati Indonesia memiliki potensi terbesar di dunia dengan 28.000 MW, baru kisaran 5% yang termanfaatkan. “ kata Direktur Utaama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 yang berkapasitas 1 x 35 MW. Peresmian proyek tersebut dilakukan oleh Presiden RI didampingi oleh jajaran menteri Kabinet Kerja.

Pertamina, menurut Dwi, komit mempercepat pemanfaatan panas bumi dan konsisten menjadi yang terdepan dalam melaksanakan pengembangan panas bumi di Indonesia. “Di saat investor lain pun tidak banyak tergerak karena berbagai hambatan yang dialami, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi salah satunya PLTP Kamojang 5 yang diresmikan oleh Presiden RI ,” kata Dwi Soetjipto.

PLTP Kamojang Unit 5 telah beroperasi secara komersial dengan mengalirkan listrik kepada PT PLN (Persero) pada 29 Juni 2015 pukul 00.00 WIB.Proyek ini menjadi salah satu milestone penting Pertamina untuk masuk ke era bisnis total project panas bumi, di mana Pertamina menggarap panas bumi dari uap hingga menjadi listrik.Dwi mengungkapkan Pertamina telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis, dan perusahaan telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019. Kendati begitu banyak hambatan yang harus dihadapi, tuturnya, Pertamina menegaskan posisi kepemimpinannya dengan terus melakukan merealisasikan proyek-proyek panas bumi di Tanah Air.

Saat ini Pertamina sedang melaksanakan proyek pengembangan panas bumi, meliputi PLTP Kamojang 5 (1×35 MW) dan Karaha (1×30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 & 4 (2×55 MW) di Lampung, Lumut Balai 1 dan 2 (2×55 MW) di Sumatera Selatan, Lahendong 5 dan 6 (2×20 MW) dan pembangkit skala kecil Lahendong 2×5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 1×5 MW di Sumatera Utara, Hululais 1 dan 2 (2×55 MW) di Bengkulu, Sungai Penuh 1 (1×55 MW) di Jambi. Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan investasi sekitar US$2,5 miliar.