JAKARTA – Realisasi rata-rata produksi siap jual (lifting) minyak dan gas nasional pada tiga bulan pertama masih jauh dari target. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menunjukkan lifting migas hingga Maret 2018 rata-rata hanya 1,89 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) atau hanya 94% dari target yang dicanangkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar dua juta BOEPD.

Lifting minyak mencapai 750,6 ribu barel oil per day (BOPD) atau 94% dari target APBN 2018 yang dicanangkan sebesar 800 ribu BOPD.

Untuk lifting gas juga masih belum mencapai target APBN 2018 karena hanya mencapai 95% dari target atau sebesar 1,139 juta BOEPD. Padahal lifting yang ditargetkan sebesar 1,2 juta BOEPD.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan belum tercapainya target lifting baik minyak maupun gas disebabkan masalah teknis.

“Kendala teknis di lapangan, kemudian umur sumur yang semakin tua,” kata Wisnu kepada Dunia Energi, akhir pekan lalu.

Menurut Wisnu, dengan kondisi teknis seperti itu sumber daya yang diproduksikan juga tidak optimal. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kondisi sumur yang sudah cukup tua. “Harus jaga supaya reservoir tetap optimal output produksinya,” tukasnya.

SKK Migas juga mencatat reserve replacement ratio (RRR) kurang dari 50% atau hanya mencapai 33% dari target ideal sebesar 100%.

Selain itu, investasi hingga kuartal I tahun ini hanya mencapai  US$2,4 miliar atau 17% dari target sebesar US$ 14,2 miliar.

Untuk pengembalian biaya operasi atau cost recovery yang sudah dibayarkan oleh negara realisasinya mencapai US$ 2,6 miliar atau 26% dari target APBN 2018 sebesar US$ 10,1 miliar.

Penerimaan negara hingga Maret 2018 mencapai US3,9 miliar atau 33% dari target pada APBN 2018 sebesar US$ 11,9 miliar.(RI)