JAKARTA – Sebanyak 18 pembangkit listrik tidak akan dijalankan dengan optimal selama masa libur lebaran tahun ini dengan total kapasitas mencapai 7.700 Megawatt (MW).

Andy Noorsaman Sommeng, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan berdasarkan pengalaman tahun tahun sebelumnya, H-4 sampai H+4 lebaran terjadi penurunan konsumsi listrik, baik di Jawa Bali maupun nasional. Seiring dengan itu PT PLN (Persero) dapat mengistirahatkan pembangkit listriknya.

“Ada 18 pembangkit yang tidak dijalankan. Itu kurang lebih 7.700 MW, itu besar. Jadi ada sekitar 10.000 MW saja cadangannya,”  kata Andy di kantor P2B Jawa-Bali, Gandul, Jawa Barat, Jumat (8/6).

Selain kecukupan pasokan listrik, peningkatan keamanan infrastruktur merupakan hal yang utama karena merupakan bagian dari objek vital nasional.

Menurut Andy, pada saat Lebaran nanti daya mampu pembangkit Sistem Jawa Bali (SJB) sebesar 28.148 MW. Jumlah ini cukup untuk melayani beban puncak Lebaran yang diperkirakan mencapai 16.069 MW pada 15 Juni 2018.

Pada hari besar seperti Idul Fitri, rata-rata konsumsi listrik secara nasional berkurang. Hal ini dikarenakan banyak industri sebagai konsumen listrik terbesar yang menutup operasinya. Tahun ini, pemakaian listrik untuk wilayah Jawa-Bali berkurang hingga 16%.

“Pada hari biasa, daya mampu pembangkit SJB dapat mencapai 33.621 MW dengan beban puncak sebesar 25.880 MW,” ungkap Andy.

Pemerintah meminta PLN meningkatkan kesiagaan menjaga keandalan dan kualitas pasokan listrik. Semua unit diminta untuk menyiapkan Pedoman Operasi Khusus Lebaran 2018. PLN juga diharapkan tidak melakukan pekerjaan atau pemeliharaan yang dapat mengganggu pasokan listrik, kecuali pekerjaan perbaikan yang disebabkan gangguan.

“Apabila terjadi gangguan yang mengakibatkan kondisi defisit daya, diusahakan agar dampak sosial ke masyarakat minimum,” kata Andy.(RI)