JAKARTA – PT PLN (Persero) memutus kontrak jual beli listrik (power producer agreement/PPA) dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang digarap PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO). PLTU Tembilahan dan Rengat yang rencananya akan dibangun dengan kapasitas 2×7 megawatt berlokasi di Riau.

“Perseroan dan PLN telah berupaya mengambil langkah guna menyelesaikan permasalahan dalam mempertahankan kontrak yang telah disepakati. Namun upaya yang telah dilakukan belum dapat memberikan keyakinan unuk memberikan solusi terbaik untuk melanjutkan kontrak,” ungkap Wim Andrian, Sekretaris Perusahaan Exploitasi Energi.

Menurut Wim dalam keterbukaan informasinya, akhir pekan lalu, pemutusan kontrak PPA telah memenuhi beberapa tahapan atau ketentuan yang tercantum dalam kontrak jual beli listrik yang ditandatangani PLN dan Exploitasi Energi. Surat pemutusan kontrak untuk PLTU Tembilihan dikeluarkan pada 28 Desember 2016 dan untuk PLTU Rengat dikeluarkan pada 4 Januari 2017.

Proyek pembangunan PLTU Tembilahan pada awalnya ditargetkan bisa tuntas pada Desember 2014 dan kemudian diundur menjadi akhir 2015. Manajemen Exploitasi Energi saat ini mengungkapkan mundurnya penuntasan proyek PLTU Tembilahan disebabkan sejumlah faktor, di antaranya proses renegosiasi harga dengan produsen mesin turbin akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Exploitasi Energi mengklaim telah mengeluarkan dana hingga Rp144,6 miliar dari total investasi untuk proyek PLTU Tembilahan sebesar Rp195,2 miliar.

Demikian pula dengan PLTU Rengat. Proyek yang pada awalnya dijadwalkan bisa selesai dibangun pada April 2015 juga terhenti akibat membengkaknya biaya yang dipicu depresiasi nilai tukar rupiah.

Saat ini, Exploitasi Energi tercatat baru mengoperasikan satu pembangkit listrik, yakni PLTU Pangkalan Bun. Selain bisnis pembangkit, perseroan juga menjalankan bisnis penjualan batubara, sewa kapal dan jasa pelabuhan.

Pada tahun lalu, hingga September Exploitasi membukukan pendapatan Rp1,71 triliun, naik signifikan 153 persen dibanding periode yang sama 2015 sebesar Rp678,38 miliar. Kenaikan pendapatan terutama ditopang dari penjualan batubara yang mencapai Rp1,66 triliun dibanding sembilan bulan 2015 sebesar Rp573,55 miliar. Penjualan batubara terbesar ditujukan ke PLN yang mencapai Rp1,46 triliun.(AT)