Peta wilayah operasi PT Pertamina EP (bagian yang diberi warna ungu, kuning, biru, dan merah muda).

Peta wilayah operasi PT Pertamina EP (bagian yang diberi warna ungu, kuning, biru, dan merah muda).

JAKARTA – Prestasi gemilang dicapai perusahaan minyak dan gas bumi (migas) milik negara, PT Pertamina EP. Dalam enam bulan pertama di 2013, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berhasil meraup laba bersih mencapai USD 1.035.869 miliar atau Rp 10,08 triliun.

Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam membenarkan, pencapaian laba bersih ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 2012, selama setahun Pertamina EP berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp !7,7 triliun. Dengan pencapaian di Semester I – 2013 sebesar Rp 10,08 triliun ini, bukan tidak mungkin pada akhir 2013 Pertamina EP bakal mengantongi laba bersih hingga diatas Rp 20 triliun.

Pencapaian kinerja keuangan yang gemilang di Semester I – 2013 ini, kata Alam, tidak lepas dari upaya keras Pertamina EP, dalam memacu pencapaian produksi migas sejak awal tahun. Sepanjang enam bulan, Pertamina EP berhasil menaikkan realisasi produksi minyak, dari 120.650 barel per hari (bph) di Januari 2013, menjadi 122.615 bph pada Juni 2013.

Demikian pula dengan realisasi produksi gas, yang terus meningkat dari 1.046,83 MMSCFD di Januari 2013, menjadi 1.068,83 MMSCFD pada Juni 2013. “Sesuai RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Pembelanjaan) 2013, tahun ini kami menargetkan produksi minyak sebesar 137.181 bph, dan produksi gas sebesar 1.160 MMSCFD,” ungkap Alam di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2013.

Hadapi Tantangan Berat

Alam mengakui, pencapaian kinerja Pertamina EP di 2013 ini tidak lepas dari banyaknya tantangan, baik yang bersifat teknis maupun non teknis.  Secara teknis, tantangan utama yang dihadapi Pertamina EP, ialah kondisi lapangan migas yang 80 persen merupakan lapangan tua, dengan rata-rata penurunan produksi secara alamiah mencapai 18 persen.

“Pertamina EP juga harus menghadapi tantangan teknis berupa kondisi infrastruktur operasi dan fasilitas produksi yang sudah tua, kadar air tinggi pada sumur-sumur migas yang digarap, masalah kepasiran, serta problem bawah tanah yang tidak dapat diprediksi sebelumnya,” jelas Alam.

Disamping itu, lanjutnya, terdapat pula tantangan non teknis, diantaranya isu keamanan terkait pencurian minyak dan fasilitas produksi, seperti misalnya kasus Tempino – Plaju, dan illegal drilling (pengeboran ilegal, red) di Lapangan Pendopo dan Mangunjaya. (Kondisi terakhir kasus pencurian minyak, ikuti: Pencurian Minyak Tempino – Plaju Meningkat, Pertamina Tetapkan Status Darurat dan Stop Produksi. Link:  https://www.dunia-energi.com/pencurian-minyak-tempino-plaju-meningkat-pertamina-tetapkan-status-darurat-dan-stop-produksi/)

Kendala non teknis lainnya, kata Alam, ialah isu pemekaran daerah di sekitar wilayah operasi Pertamina EP, seperti di Sanga-sanga, Luwuk (Sulawesi Tenggah), dan Musi Rawas. Pertamina EP juga harus menghadapi prsoalan tumpang tindih lahan, dengan wilayah kerja pertambangan batubara di Kalimantan. Juga masalah sosial, pungutan tidak resmi, tuntutan tenaga kerja, dan sebagainya.

“Regulasi terkait implementasi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah juga cukup menghambat kinerja kami. Ini karena tidak kunjung terbitnya aturan teknis yang menjadi pedoman pelaksanaan Undang-Undang tersebut,” kata Alam lagi.

Tingkatkan Penguasaan Teknologi

Toh banyaknya tantangan ini, ujar Alam, tidak membuat Pertamina EP. Para jajarannya justru terdorong untuk lebih bersemangat dalam mendapatkan solusi, terkait berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satunya dengan peningkatan kemampuan rekayasa secara berkesinambungan, melalui penguasaanteknologi dan peralatan teknologi terkini, untuk mencari, mengangkat dan memproduksikan minyak dan gas secara optimal.

Pertamina EP, juga terus meningkatkan kemampuan rekayasa, manajerial dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) secara berkesinambungan, dengan mengedepankan konsep kerjasama tim yang solid dan bersinergi, pemenuhan dan pengisian kebutuhan SDM andal dan profesional sesuai tuntutan bisnis perusahaan, serta pemenuhan sertifikasi keahlian atau kompetensi teknis SDM sesuai keperluan.

“Kami senantiasan menerapkan operational excellence dalam operasional kegiatan eksplorasi dan produksi. Penerapan Health, Safety and Environment (HSE) Exellence juga menjadi yang terdepan di semua kegiatan operasi Pertamina EP,” papar Alam.

Selain itu, tambahnya, Pertamina EP juga semakin menguatkan penerapan budaya dan etos kerja yang berkinerja dan berkualitas tinggi, serta pemenuhan sertifikasi dan keandalan peralatan produksi yang aman, ramah lingkungan dan berkinerja tinggi. “Satu hal yang juga tidak kami lupakan, ialah optimalisasi biaya di semua sektor kegiatan,” pungkasnya.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)