JAKARTA- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berkomitmen penuh untuk mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Upaya ini ditempuh untuk melaksanakan komitmen Pemerintah mencapai target bauran energi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. 

“Kalau dari RUPTL komitmen buaran energi (EBT) sekitar 22,6 % di 2025. Ini tanggung jawab kita bersama-sama untuk pengendalian efek rumah kaca dan pemanfaatan sumber energi primer paling efisien di daerah masing-masing supaya kelistrikan makin lama makin terjangkau oleh masyarakat,” ungkap Menteri ESDM saat melakukan kunjungan kerja ke PLTP Sarulla, di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, Jumat (31/3).

Keberadaan PLTP Sarulla sebagai salah satu PLTP terbesar di dunia telah mendorong adanya eksplorasi panas bumi menyesuaikan potensi energi di wilayah Sumatera Utara. “Saya terima kasih sekali ini, mendorong adanya eskplorasi panas bumi. Tapi kalau bisa 1.000 MW, kita dorong. Apa yang bisa Pemerintah lakukan, kita akan dorong,” lanjut Menteri Jonan. 

PLTP Sarulla menjadi proyek pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang paling efisien di Indonesia dengan pemilihan teknologi yang tepat. “Ini PLTP yg menggunakan sistem combine cycle. Jadi menggunakan binary technology sehingga sisa buangan uapnya itu diolah lagi utk menjadi tambahan kapasitas listrik. Kalo di teknologi lama, itu tidak ada,” jelas Menteri ESDM. 

PLTP Sarulla dikembangkan di dua lokasi, yaitu di proyek Silangkitang (SIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 1×110 MW (Unit 1) dan proyek Namora – I – Langit (NIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 2×110 MW (Unit 2 dan 3).  

PLTP Sarulla Unit 1 telah beroperasi (Commercial Operation Date/COD) pada tanggal 18 Maret 2017 lalu. Unit ke-2 PLTP Sarulla dijadwalkan COD pada bulan 23 November 2017. Sementara untuk Unit ke-3, ditargetkan COD pada 23 Mei 2018. 

“Bila semuanya berjalan sesuai rencana,  kapasitas pengembangan PLTP Sarulla (Unit 1, 2 dan 3) sebesar 3×110 MW,” ungkap Menteri Jonan.

Turut hadir dalam kunjungan kerja tersebut antara lain Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana, Dirut PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro, dan Sekretaris Daerah Tapanuli Utara Edward Tampubolon.

Proyek PLTP Sarulla dikembangkan melalui skema Kontrak Operasi Bersama (KOB) antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan Sarulla Operation Limited (SOL) sesuai amandemen kedua KOB dan Energy Sales Contract (ESC) yang ditandatangani pada 14 April 2013. 

SOL merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Itochu Corporation (Jepang), Kyushu Electric Power Co., (Jepang) Inc, dan Ormat International, Inc (USA). Proyek dengan investasi sekitar US$1,6 miliar ini jadi bukti ketertarikan swasta berinvestasi di subsektor EBT. 

Menurut Jonan, kehadiran PLTP Sarulla juga sangat dibutuhkan untuk mengurangi defisit listrik di Provinsi Sumatera Utara. “Kita harapkan  dengan beroperasinya PLTP Sarulla dapat membantu daerah ini yang masih mengalami defisit listrik,” ujarnya.

Hilmi Panigoro, Dirut Medco Energi, mengatakan PLTP Sarulla Unit II ditargetkan bisa COD pada September mendatang. Sementara Unit III diharapkan bisa COD Mei 2018.

“Saya ingin sampaikan bahagia saya. Buat Medco, ini 110 MW pertama. Kami ingin serius menggarap geothermal. Kami harap 110 MW yang kedua bisa COD September dan yang ketiga sebelum Lebaran tahun depan,” katanya. (RA)