JAKARTA – PT Pertamina (Persero) secara resmi menggelar project expose dalam rangka pemilihan mitra pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang di Kalimantan Timur. Berbeda dengan pembangunan kilang lainnya yang menempatkan Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas, pada proyek kilang Bontang perusahaan negara itu hanya akan memiliki saham 5 persen-25 persen.

Iriawan Yulianto, Senior Vice President Business Development Pertamina, mengatakan meskipun hanya memegang kepemilikan saham minoritas pada kilang Bontang, Pertamina tetap memiliki kontrol penuh terhadap pengelolaan kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) tersebut.

“Salah satu syarat yang kami ajukan adalah kami tetap memiliki kontrol pengelolaan kilang, misalnya menentukan formula harga penjualan hasil produk kilang,” kata Iriawan pada pelaksanaan project expose GRR Bontang di Jakarta, Rabu (28/2).

Dia mengungkapkan ada berbagai kebijakan yang tetap membutuhkan keputusan Pertamina, baik secara langsung maupun melalui perusahaan patungan dengan mitra (joint venture) nantinya. Pertamina memang mengajukan beberapa kualifikasi khusus dalam pemilihan mitra dalam proyek pembangunan kilang Bontang. Selain hak untuk tetap mengkontrol pengelolaan, kemanpuan finansial mumpuni, strategi pemasaran yang baik, serta mampu menjamin potensi profit yang didapatkan juga akan menjadi pertimbangan.

“Serta penggunaan local content atau ikut sertanya perusahaan dalam negeri dalam anggota konsorsium nantinya,” kata Iriawan.

Dalam skema pembangunan Bontang, Pertamina membuka kesempatan tidak hanya untuk satu perusahaan tapi juga diperbolehkan melalui pembentukan konsorsium. Pengadaan gas dan minyak mentah nantinya akan dilakukan konsorsium dan Pertamina menjadi off taker utama. Selain itu, Pertamina mempunyai opsi untuk melakukan buy back terhadap pembagian saham kilang Bontang.

Rachmad Hardadi, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina, menyatakan perusahaan mempunyai waktu 10-15 tahun untuk bisa melakukan buy back hingga pembagian saham menjadi berimbang. Namun tetap memperhitungkan kemampuan perusahaan.

“Dari komunikasi internal BOD, muncul skema Pertamina hanya miliki 5 persen-25 persen. Tapi dalam perjalanan akan dibicarakan setelah 10-15 tahun Pertamina punya opsi buyback share mungkin kumulatif jadi 50 persen,” kata tandas Rachmad.(RI)