JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus melakukan pengembangan usaha diversifikasi batu bara, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8. Seiring ditandatanganinya amendemen perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero) pada Oktober 2017, konstruksi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 akan dimulai pada pertengahan 2018.

“PLTU Sumsel 8 akan mulai dibangun pada kuartal III tahun ini. Rencana COD (commercial operation date) awal 2020,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama PTBA, di Jakarta, baru-baru ini.

Alokasi dana pembangunan PLTU Sumsel 8 akan masuk dalam rencana investasi pada 2018 sebesar Rp6,55 triliun. Dana investasi tersebut mencakup Rp1,43 triliun untuk investasi rutin dan Rp5,12 triliun untuk investasi pengembangan.

Menurut Arviyan, hingga kuartal I 2018 Bukit Asam telah memproduksi batu bara 5,3 juta ton atau meningkat 17% dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Volume penjualan sepanjang kuartal I tahun ini juga meningkat 116% menjadi 6,3 juta ton,” kata dia.

Sejak akhir November 2017, Bukit Asam bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk dan PT Timah Tbk bergabung dalam naungan induk usaha (holding) BUMN tambang, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum.

Pembentukan holding BUMN tambang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batu bara, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.

Berbagai sinergi antar perusahaan holding BUMN tambang telah dilakukan, antara lain proyek PLTU Halmahera Timur berkapasitas 2×40 megawatt (MW). Pada proyek tersebut Bukit Asam akan menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik baru feronikel milik Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara. Selain itu, Bukit Asam dan Inalum juga bersinergi pada proyek PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 2×350 MW.

Untuk optimasi pengangkutan batu bara, Bukit Asam bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api baru. Jalur baru tersebut dari Tanjung Enim menuju Perajin dengan kapasitas angkut 10 juta ton per tahun dan Tanjung Enim menuju Srengsem dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun. Direncanakan kedua jalur tersebut dapat beroperasi pada 2022.

Kerja sama dengan KAI juga dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas jalur kereta yang sudah ada dengan mengembangkan double track jalur selatan dan jalur utara. Untuk jalur selatan yaitu dari Tiga Gajah Baturaja sepanjang 1,99 km dan Baturaja Martapura 32,34 km. Double track sepanjang 34,33 km ini ditargetkan selesai pada 2018. Sedangkan jalur Cempaka Kotabumi sepanjang 8,16 km, selesai pekerjaan tubuh ban atau struktur pondasi jalan rel. Sementara untuk double track jalur utara dari dari Prabumulih Lembak Payakabung Kertapati sejauh 78 km.(RA)