JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Internasional EP, sukses mendongkrak produksi minyak dan gas sebesar 150 ribu barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD) pada kuartal I 2017. Produksi berasal dari aset-aset yang dikelola Pertamina di enam negara.

Slamet Riyadhi, Direktur Utama PIEP, mengatakan produksi minyak yang bersumber dari overseas berasal dari beberapa negara, seperti Aljazair, Irak, dan Malaysia mencapai 139 ribu barel per hari (bph). “Dengan tambahan dari lapangan M&P total produksi sekitar 150 ribu BOEPD,” ujar Slamet di Cirebon, Jawa Barat.

Untuk minyak, PIEP memproduksi sekitar 100 ribu-105 ribu bph dan gas sebesar 223 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Dengan tambahan gas dari M&P 10 MMSCFD maka total produksi gas mencapai 233 MMSCFD.

Tambahan produksi dari overseas luar negeri adalah dampak dari strategi akuisisi Pertamina pada aset M&P tahun lalu. Produksi dari aset tersebut berpotensi terus bertambah karena sebagian dari aset masih dalam tahap eksplorasi, sedangkan yang sudah berproduksi secara maksimal baru di Gabon.

Menurut Slamet, PIEP juga berhasil mendongkrak cadangan dari semula 409 juta BOE menjadi 533 juta BOE.
“Cadangan minyak PIEP saat ini telah mencapai 402 juta barrel oil tumbuh signifikan dari semula 314 juta barrel oil. Untuk gas sebesar 758 BCF atau meningkat dari 546 BCF dua tahun lalu,” ungkap dia.

Peningkatan produksi dan cadangan tersebut dapat dicapai dengan tetap memperhatikan efisiensi cost per barel. Pada 2015 biaya operasi mencapai US$10,3 per barel dan turun menjadi US$7,5 per barel pada tahun lalu.

“Total efisiensi ongkos produksi yang dilakukan PIEP sepanjang 2016 mencapai US$187 juta dari target efisiensi ongkos produksi US$161 juta tahun,” kata Slamet.

Pertamina menargetkan PIEP untuk bisa membawa produksi migas sebesar 650 ribu BOEPD ke Indonesia pada 2025.

Slamet mengatakan dengan hanya mengandalkan tiga aset eksisting yang telah berproduksi peningkatan produksi hanya sekitar 250 ribu BOEPD pada 2025. Seiring akuisisi saham M&P yang memiliki beberapa aset di 12 negara diharapkan mampu mendorong tercapainya target tersebut.

“Dengan tambahan aset baru menjadi 12 negara saat ini dan juga potensi tambahan aset-aset baru nantinya, kami optimistis target 650 ribu BOEPD dapat tercapai dengan rasio reserve to production selama 20 tahun,” kata Slamet.

Pertamina saat ini juga sedang gencar mengejar tanda tangan perjanjian untuk bisa mengelola lapangan dari negara-negara raksasa di industri migas. Selain dua blok di Iran, Pertamina juga tengah memfinalisasi kerja sama untuk mengelola dua lapangan minyak milik Rosneft, Rusia.(RI)