JAKARTA – Setelah mendapatkan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2013, kontrak pengelolaan tambang batu bara PT ABM Investama Tbk (ABMM) melalui anak usahanya PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Tanah Bambu, Kalimantan Selatan akan berakhir pada 2021. Area tambang seluas 3.085 hektare tersebut memiliki sumber daya batu bara sebanyak 106 juta ton dan cadangan sekitar 52 juta ton.

“Kualitas batu bara milik Tunas Inti sangat baik karena memiliki kalori 5.400-5.600 kcal/kg. Pada tahun ini produksi batu bara ditargetkan 4,7 juta-4,9 juta metrik ton,” kata Adrian Erlangga, Direktur Keuangan ABM Investama, Senin (1/10).

Penjualan ke pasar China mencapai 59,3% dari total produksi batu bara Tunas Inti. Sisanya, ditujukan ke pasar India 27,5%, Vietnam 1,9%, Filipina 1,0%, dan Thailand 0,4%. Untuk pasar domestik, Tunas Inti memasok 9,9% dari total produksi.

Adrian mengatakan, tantangan terbesar dalam mengelola tambang adalah persoalan lingkungan dan masyarakat di sekitar area tambang. Oleh karena itu dalam mengembangkan sebuah area tambang batu bara, ABM Investama sejak awal sudah memiliki roadmap pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakatnya. Salah satu contohnya, perseroan telah berhasil menjalankan roadmap tersebut di tambang Tunas Inti.

Setelah proses produksi batu bara berjalan di Tanah Bumbu, ABM juga menyiapkan lahan seluas 1.307 hektar di salah satu bukit di Tiwingan, Kecamatan Aranio, Kalimantan Selatan, untuk penghijauan kembali dan melakukan rehabilitasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di bekas lokasi tambang TIA.

Adrian menambahkan, ABM melakukan pelayanan dari hulu hingga ke hilir atau end to end services yang berfokus pada value chain batu bara. Untuk penambangan batu bara Tunas Inti di Tanah Bumbu, saat awal PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor tambang mendukung pengembangan lahan, produksi batu bara, sampai reklamasi tambang. Kemudian tambang juga mendapatkan dukungan solusi listrik dari anak usaha ABM lainnya, yakni PT Sumberdaya Sewatama. Lalu, PT Sanggar Sarana Baja juga mendukung sebagai penyedia jasa rekayasa serta pabrikasi di sektor energi.

Untuk keperluan bahan bakar minyak (BBM) di lokasi tambang disuplai oleh PT Prima Wiguna Parama. Distribusi batu bara dari awal hingga akhir pun dibantu PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics). Dan yang paling akhir untuk penjualan batu bara akan dilakukan oleh induk Tunas Inti, yakni PT Reswara Minergi Hartama.

“Seluruh proses produksi batu bara Tunas Inti menggunakan sistem supply chain yang mengintegrasikan seluruh anak usaha ABM. Dalam sistem supply chain, ABM mengoptimalkan sinergi dan integrasi anak usaha sejak mulai pengelolaan tambang hingga logistik batubara ke lokasi tujuan. Inilah yang menjadikan produksi batu bara efisien,” ungkap Adrian.

Saat ini ABM Investama memiliki tujuh entitas anak usaha yang terus bersinergi dalam proses dari hulu hingga hilir yaitu PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor pertambangan, PT Reswara Minergi Hartama sebagai pengelola tambang dan penjualan batubara, PT Sumberdaya Sewatama dan PT Anzara Janitra Nusantara di sektor kelistrikan, jasa logistik terintegrasi melalui PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistik), jasa rekayasa dan pabrikasi yaitu PT Sanggar Sarana Baja (SSB) dan PT Prima Wiguna Parama (PWP) yang fokus di jasa penyediaan BBM.

“Dengan menggunakan model supply chain tersebut, Tunas Inti yang memproduksi 5,5 juta ton per tahun mampu menghasilkan EBITDA US$ 108 juta. Ini merupakan salah satu yang terbaik di industri batu bara,” ujar Adrian.

Mengingat pasar batu bara masih sangat besar, saat ini fokus ABM adalah meningkatkan produksi batu bara, sehingga kenaikan harga batu bara yang saat ini terjadi dapat memberikan keuntungan yang optimal.

Konsesi tambang Tunas Inti di Kalimantan Selatan akan berakhir pada 2021. ABM Investama akan tetap menjalankan bisnisnya di wilayah ini, yaitu dengan menawarkan pengelolaan wilayah tambang melalui sistem supply chain yang terbukti efisien dan memberikan keuntungan yang optimal.

“Kami akan mengoptimalkan infrastruktur dan SDM dalam mengelola Tunas Inti. Melihat pasar dan wilayah tambang yang masih sangat besar, kami optimis strategi bisnis ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan ABM Investama di masa depan,” kata Adrian.(RA)