Libur panjang pekerja pada masa lebaran membuat konsumsi listrik industri turun.

JAKARTA – PT PLN (Persero) memperkirakan penurunan konsumsi listrik di wilayah Jawa Bali saat lebaran Idul Fitri 2018. Penurunannya diperkirakan mencapai 17.519 megawatt (MW). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan. Berdasarkan kalkulasi, PLN berpotensi kehilangan pendapatan hingga Rp2,036 triliun.

Eko Yudho Pramono, ‎General Manager Pusat Pengatur Beban (P2B) PLN, mengatakan daya mampu pasokan listrik Jawa Bali PLN selama ini mencapai  33.639 MW, dalam kondisi normal dengan beban puncak mencapai 24.194 MW. Dari kalkulasi, saat lebaran beban listrik menurun menjadi 16.120 MW.

“Berdasarkan pengalaman sebelumnya beban puncak turun hampir 50%,” kata Eko di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Eko, penurunan konsumsi listrik akan terjadi sejak H-4 lebaran, hingga masyarakat kembali beraktivitas‎ normal. Akibat penurunan konsumsi listrik cadangan pasokan listrik Jawa Bali mencapai 50%.

“Ini punya cadangan 50% kalau kami hitung untuk Jawa Bali,” kata dia.

Eko menambahkan, konsumen terbesar dalam sistem Jawa Bali adalah sektor industri.

“Pergerakan waktu lebaran dari Jakarta ke daerah industri akan turun sejak H-4. Senin, Sabtu, Minggu turun dia biasa, Senin biasa, Selasa turun sekitar 10 ribuan MW beban puncaknya,” papar dia.

PLN, kata Eko telah menyiapkan beberapa strategi operasi dalam menyikapi penurunan konsumsi listrik. Tidak hanya melakukan shutdown pembangkit listrik, tapi juga beberapa tindakan teknis lainnya. Misalnya tidak diizinkannya kegiatan pemeliharaan gardu induk, kecuali jika ada gangguan atau kerusakan peralatan. Petugas disiapkan di berbagai posko selama 24 jam serta piket pemeliharaan selama 24 jam.

Serta menyiapkan cadangan putar lebih besar dibandingkan waktu reguler. Selanjutnya, mengatur pola operasi dengan mempertimbangkan fenomena tegangan lebih.

“Serta melakukan operasi regional balance dengan meminimalkan transfer daya antar subsistem (barat/timur),” tandas Eko.(RI)