JAKARTA –  PT Pertamina (Persero) bersama Marubeni dan Sojitz, yang tergabung dalam konsorsium penggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I berkapasitas 1.760 megawatt (MW) berencana mengalokasikan gas dari fasilitas Floating Storage Regasificatioin Unit (FSRU) untuk pembangkit juga memasok kebutuhan lain.
Ginanjar, Authorized Representative of Consortium Pertamina-Marubeni-Sojitz,  mengungkapkan dari seluruh kapasitas kemampuan FSRU yang dibangun hanya 60% yang akan dipasok untuk kebutuhan PLTGU Jawa I, sisanya direncanakan akan disalurkan ke pihak lain atau pembangkit bertenaga gas lainnya.
“Sebesar 60% dari kapasitas, kalau misal ada space ya bisa (untuk kebutuhan lain),” kata Ginanjar saat ditemui disela seminar LNG to Power di Jakarta, Senin (16/10).
Ginanjar menambahkan rencana tersebut akan tergantung permintaan dari PT PLN (Persero).
Konsorsium juga sudah membahas kemungkinan implementasi rencana  tersebut dengan PLN.
“Pada prinsipnya terbuka, tapi prioritasnya Jawa I. Kalau ada kelebihan ya kita buka, kami sudah bahas dengan PLN,” ungkap Ginanjar.
PLN membutuhkan gas untuk PLTGU Jawa I sebesar 400 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebagian besar dari kebutuhan tersebut akan dipasok dari Tangguh.
BP akan memasok gas dari Tangguh ke PLTGU Jawa 1 selama 20 tahun dengan kapasitas 16 kargo per tahun dengan harga ditetapkan 11,2% dari ICP + US$ 0,4 / MMBTU.
Menurut Ginanjar, tidak tertutup kemungkinan Pertamina ikut memasok kebutuhan LNG untuk FSRU. Keputusan tersebut akan bergantung terhadap keputusan ekspansi kapasitas LNG yang akan ditetapkan PLN.
“Yang confirm kan dari Tangguh, tapi dari kapasitas ada ekspansi. Itu sangat tergantung deal-nya dengan Pertamina,” tandas dia.
Proyek PLTGU Jawa I merupakan proyek yang dibangun oleh Independent Power Producer (IPP) dengan skema Build, Operate, Own, Transfer (BOOT). Jadi setelah 25 tahun dioperasikan oleh konsorsium akan diserahkan kembali ke PLN.(RI)