JAKARTA – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, tidak hanya fokus pada program tree energy sebagai energi alternatif, namun juga program tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang lain mencakup bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan infrastruktur di Tampur Paloh, Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam. Hal itu merupakan wujud komitmen Pertamina EP mendukung Nawa Cita pemerintah dalam pengembangan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)

Roberth Marchelino Verieza, Pejabat Sementara Manajer Humas Pertamina EP, mengatakan dalam pengembangan TJSL, mengatakan Pertamina EP selalu mengedepankan tiga pilar utama dalam pelaksanaan program perusahaan, yaitu Profit, Planet, dan People, dengan senantiasa mendukung inovasi-inovasi di bidang energi dan pengembangan wilayah 3T.

Dia mencontohkan, salah satu program TJSL Pertamina EP adalah Siekula Aneuk Nanggroe atau Sekolah Anak Negeri.Program yang dimulai pada 2016 ini merupakan program kerja sama Pertamina EP dan Yayasan Anak Merdeka untuk mendirikan SMA (Madrasah Aliyah) serta mengelola SMP bagi anak-anak Desa Tampor Paloh.

“Sebelumnya, mereka (siswa) harus menyusuri sungai puluhan kilometer untuk dapat melanjutkan pendidikan,” ujar Robert di Jakarta, Minggu (15/4).

Hingga kini Siekula Aneuk Nanggroe memiliki tiga ruang belajar, perpustakaan, asrama sekolah bagi para siswa-siswi dan guru. Dengan fundraising, pengelola sekolah juga terampil melakukan pertanian organik dan peternakan sebagai tambahan biaya operasional disamping program voluntary yang dilakukan pekerja Pertamina EP.

Dalam bidang ekonomi, diinisiasi program kerajinan anyaman purun/pandan berduri ditujukan bagi kaum wanita Desa Tampur Paloh melalui kelompok “Mude Sedang”. Di bidang kesehatan, dilaksanakan program Posyandu Mandiri dengan program pelatihan kader, bantuan peralatan posyandu, dan bantuan alat permainan edukatif bagi murid PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). “Selain itu diselenggarakan juga program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) melalui jambanisasi yang digalakkan oleh Pertamina EP dan TNI,” katanya.

Tahun ini, Pertamina EP bekerja sama dengan TNI, dan warga Desa Tampur Paloh bersama-sama membangun jalur pipa air sepanjang 3 km. Sepanjang 500 meter menggunakan pipa berdiameter 4 inchi dan 2.500 meter menggunakan pipa ukuran 3 inchi. “Dengan demikian, air yang mengalir lebih optimal dan lebih banyak lagi warga yang merasakan manfaatnya,” ujar Hasbi, salah seorang tokog agama Tampur Paloh.

Sebelumnya, menurut Hasbi, air yang mengalir ke desa tidak optimal karena hanya menggunakan pipa 1,5 inchi. Berkat bantuan jaringan pipa dari Pertamina EP, warga Tampur Paloh sangat terbantu.

“Sejak 2011 kami sangat kewalahan dengan kondisi kekurangan air di Tampur Paloh terutama saat musim kemarau. Alhamdulillah, sejak program pemipaan, air berlimpah, kami berterima kasih kepada pihak Pertamina,” katanya.

Menanggapi pemberitaan dimedia beberapa waktu terakhir yang mengupas tentang Naufal dan Tree Energy, Pertamina EP mengucapkan terima kasih atas perhatian dan evaluasi baik dari media maupun masyarakat yang memberikan perhatian bagi perkembangan energi alternatif dan perkembangan masyarakat di Tampur Paloh.

Sekitar satu hingga dua tahun terakhir salah seorang anak bangsa asal Tampur Paloh, yaitu Naufal Raziq (15), yang saat itu masih berstatus sebagai siswa MTs Negeri 1 Langsa, membuat instalasi listrik dengan sumber listrik dari pohon kedondong hutan (spondias pinnata), yang selama ini manfaatnya di masyarakat tidak lebih dari tanaman pagar. Pertamina EP memberikan dukungan sebagai bentuk apresiasi kepada Naufal atas semangat dan kerja kerasnya mewujudkan mimpi menemukan energi alternatif berupa Tree Energy bagi masyarakat di Desa Tampur Paloh.

Apresiasi berupa dukungan dan bantuan pengembangan temuan Naufal yang berhasil menyabet penghargaan dalam ajang Teknologi  Tepat Guna (TTG) Provinsi Aceh ini, disambut baik oleh Pertamina EP untuk membantu pengembangan dan penerapan hasil ujicobanya di beberapa rumah warga di desa Tampur Paloh.

Roberth mengatakan, sejak itu penemuan Naufal senantiasa diujicoba untuk dapat dikembangkan dengan harapan dapat menjadi energi alternatif. Seiring dengan berjalannya waktu kendala yang dihadapi juga beragam karena daya listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kadar asam pohon kedondong, yang juga dipengaruhi oleh kondisi alam, cuaca, dan pohon itu sendiri.

“Kami mengapresiasi temuan Naufal ini dengan membantu mengembangkan dan mengaplikasikan ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Roberth.

Namun, berdasarkan hasil penelitian BPPT, Pertamina dan warga Tampur Paloh sepakat memutuskan untuk menghentikan program Tree Energy karena arusnya yang masih sangat kecil dan masih belum stabil, hasil penelitian BPPT yang dipublikasikan pada 29 Mei 2017.  “Kami lampirkan sebagai pelengkap dan apresiasi dari BPPT terhadap temuan tree energy,” tukasnya.

Masyarakat Tampur Paloh berharap adanya listrik yang bersifat permanen dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari. “Saat ini sedang dikembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Tampur Paloh melalui dana desa yang digelontorkan oleh pemerintah,” ujar Ali Nafiah, Kepala Desa  Tampur Paloh.(AT)