JAKARTA– Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI), emiten batubara dengan produksi terbesar di Tanah Air, mencatatkan kinerja sesuai ekspektasi pasar. Bumi masih mampu menjaga performa positif sepanjang semester I 2018 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, bahkan mencerminkan operasional bisnis perusahaan.

Sepanjang Januari-Juni 2018, Bumi memproduksi 40,5 juta ton batubara, naik 0,7% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pencapaian produksi ini juga setara 46% dari target produksi perusahaan sepanjang 2018, yaitu 88 juta ton. Namun, penjualan batubara relatif stagnan, yaitu sekitar 41,4 juta ton, tak jauh beda dengan volume penjualan periode yang sama 2017 sebesar 41,5 juta ton.

PT Kaltim Prima Coal (KPC) masih menjadi kontributor produksi terbesar perusahaan dengan produksi 27,2 juta ton atau setara 67% dari total produksi. Sisanya sebsar 13,3 juta ton disumbangkan oleh PT Arutmin Indonesia.

Berdasarkan laporanan keuangan publikasi akhir pekan lalu, Bumi mencatatkan pendapatan US$ 560,72 juta, naik 36 kali lipat dibandingkan semester I 2017, yaitu US$ 15,6 juta ditopang kenaikan harga jual atau free on board (FOB) batubara BUMI yang naik 5,8% menjadi US$ 58 per ton.

Sejalan dengan kembalinya operasional bisnis, perusahaan membukukan beban pokok pendapatan(COGS) sebesar US$ 420,86 juta. Pos keuangan ini nihil pada semester I tahun lalu. Dengan demikian, laba kotor perusahaan terafiliasi Grup Bakrie ini mencapai US$ 139,8 juta atau meloncat lebih dari 700% dari US$ 15,6 juta (year-on-year).

Sepanjang Januari-Juni 2018, laba neto entitas asosiasi tersebut tercatat US$127,72 juta. Hal ini yang membuat laba periode berjalan Bumi paruh waktu tahun ini hanya naik 3% menjadi US$ 152,76 juta. Namun, laba diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih perusahaan turun. Perusahaan membukukan laba bersih US$ 151,57 juta, turun 6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 162,25 juta. (RA)