JAKARTA – Permasalahan lahan masih menjadi kendala utama proyek New Grass Root Refinery (NGRR) atau Kilang Tuban. Bahkan, opsi untuk memindahkan lokasi ke Situbondo pun ternyata sulit direalisasikan.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan sebelumnya berkembang dua pilihan lokasi, yakni Tuban dan  Situbondo. Namun rencana itu kembali dikaji ulang lantaran ada risiko lain jika lokasi pembangunan di Situbondo.

Di Situbondo ternyata berdekatan dengan area latihan militer. Selain itu juga berdekatan dengan Gunung Ijen.

“Kan ada rencana pindah ke Situbondo. Lokasinya itu lagi dikaji, karena itu dekat tempat latihan militer. Kedua minta kajian dari Badan Geologi kami,  disana kan dekat dengan Ijen. Ini masih bentuk kajian,” kata Arcandra di Jakarta, Kamis (8/11).

Menurut Arcandra, jika berdekatan dengan lokasi latihan militer, tentu ada sisi safety yang harus diperhatikan. Apalagi TNI tidak jarang menggelar latihan besar-besaran yang melibatkan banyak pasukan termasuk dari negara lain.

“Berbahaya dari sisi safety. Ada sekian kali latihan per tahun tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari negara yang diundang,” ungkap dia.

PT Pertamina (Persero) yang akan menggarap Kilang Tuban membutuhkan lahan seluas 800 hektar (ha), namun baru separuh dari kebutuhan lahan itu yang tersedia di Tuban.

Kilang Tuban merupakan kilang baru dengan kapasitas 300 ribu barel per hari. Kilang akan dikelola Pertamina-Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), perusahaan patungan yang dibentuk oleh Pertamina dan Rosneft.

Kilang Tuban akan mampu menghasilkan berbagai produk BBM seperti gasoline sebesar 80 ribu barel per hari, Solar 99 ribu barel per hari, dan Avtur 26 ribu barel per hari.

Untuk produk baru petrokimia adalah polipropilen 1,3 juta ton per tahun, polietilen 0,65 juta ton per tahun, stirena 0,5 juta ton per tahun dan paraksilen 1,3 juta ton per tahun.(RI)