JAKARTA – PT Pertamina (Persero), pemimpin konsorsium perusahaan pemenang tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLGU) Jawa 1 menegaskan konsorsium solid dan siap melakukan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero). Apalagi peninjauan terhadap syarat-syarat pembiayaan (bankability review) untuk proyek pembangkit berkapasitas 2×800 megawatt itu sudah tuntas.

Ginanjar, Ketua Konsorsium Pertamina, Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation, mengatakan konsorsium tidak mempermasalahkan pelaksanaan PPA dilakukan, meski belum ada kepastian terkait perjanjian jual beli gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) untuk kebutuhan bahan bakar PLTGU Jawa 1.

“Konsorsium sudah mengusulkan solusinya dan tinggal menunggu kesiapan PLN,” kata Ginanjar yang juga Vice President Gas and Power Commercialization Pertamina, Rabu (25/1).

Proyek PLTGU Jawa 1 dengan investasi sebesar US$2 miliar akan dibangun konsorsium Pertamina, Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation. Pembiayaan proyek masih didanai oleh konsorsium Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance (NEXI) dan Asian Development Bank (ADB).

Konsorsium Pertamina menyisihkan tiga peserta tender lainnya, yakni konsorsium Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali (anak usaha PLN); konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd dan konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia (keduanya merupakan anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk)-Kepco-dan Nebras Power.

Menurut Ginanjar, tidak ada lagi masalah teknis dan komersial pada proyek PLTGU Jawa 1. Bahkan, konsorsium Pertamina juga sepakat terhadap angka serapan listrik sebesar 60 persen sesuai dengan ekspektasi PLN.
Jika proyek PLTGU Jawa 1 berjalan lancar, maka bisa menjadi momentum terbaik, tidak hanya bangsa Indonesia, perusahaan konsorsium, namun juga untuk PLN.

“Secara teknis komersial ini akan menjadi benchmark baru tarif pembelian listrik oleh PLN dari PLTGU, dan memberikan jaminan kepastian berinvestasi di sektor ketenagalistrikan di Indonesia,” kata Ginanjar.

Menurut Ginanjar, proyek PLTGU Jawa 1 juga menjadi momentum penting sinergi dua badan usaha milik negara (BUMN) karena melibatkan dua BUMN besar yang bergerak dalam bidang energi dan kelistrikan.
“Serta dapat menjadi pondasi program kelistrikan 35 ribu MW pemerintah,” tegas dia.

Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan PLN, sebelumnya menyatakan terdapat proses sebelum penandatanganan kesepakatan jual beli listrik proyek PLTGU Jawa 1 yang masih harus dikaji kembali.

“Saat ini Pertamina sudah dinyatakan sebagai first rank bidder. Artinya yang melakukan penawaran dengan peringkat harga termurah, tapi ada proses lagi sebelum PPA. Ada klarifikasi,” kata dia.

Menurut Iwan, hal yang belum disepakati antara PLN dan pihak konsorsium adalah terkait perhitungan investasi yang berubah. Perbedaan terjadi pada nilai investasi yang diajukan konsorsium dan spread sheet PPA dari PLN .

“Yang jadi masalah adalah konsorsium ada perbedaan dengan hitungan itu. antara perhitungan mereka dengan spread sheet, Kami minta model perhitungan untuk dibahas kembali.” tandasnya.

PLTGU Jawa 1 merupakan pembangkit listrik berbasis gas terbesar di Asia Tenggara dan merupakan yang kedua di dunia yang meng-integrasikan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU berteknologi combined cycle gas turbine.

Proyek ini juga melibatkan 18 mitra internasional maupun domestik yang bepengalaman dalam pembangunan FSRU dan CCGT seperti Samsung C&T, Samsung Heavy Industry, Meindo Indonesia dan Exmar sebagai operator FSRU.(ES/RI)