JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, membukukan rugi bersih Rp 1,03 triliun pada sembilan bulan 2015, dibanding periode yang sama tahun lalu yang merugi Rp 590,37 miliar. Kerugian perseroan yang makin membesar dipicu peningkatan bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama, beban keuangan dan kerugian lainnya.

Laporan keuangan Aneka Tambang atau Antam yang dirilis akhir pekan lalu mencatat kerugian selisih kurs mencapai Rp 534,62 miliar pada sembilan bulan tahun ini, melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu yang rugi kurs Rp 100,07 miliar.

Disisi lain, Antam mengklaim telah berhasil melampaui target efisiensi yang pada tahun ini ditetapkan Rp 39,26 miliar. Dimas Wikan Pramudhito, Direktur Keuangan Antam, mengatakan peningkatan inovasi untuk efisiensi biaya merupakan langkah konkret untuk mendukung ketahanan keuangan perusahaan dan memitigasi dampak dari kondisi eksternal yang berada di luar kendali perusahaan.

“Inovasi-inovasi ini akan terus dilakukan dalam mencapai cost competency untuk meningkatkan daya saing dalam menyikapi kondisi saat ini,” kata Dimas.

Hingga Oktober 2015, Antam membukukan efisiensi Rp 51,01 miliar. Penerapan program penghematan yang dilakukan tercermin pada terkendalinya biaya tunai. Hingga sepuluh bulan 2015, biaya tunai feronikel lebih efisien 4,16%. Selain itu, biaya tunai emas lebih efisiensi 19,14%.

Biaya tunai berpotensi makin efisien melalui perubahan bahan bakar pembangkit. Perubahan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dari bahan bakar minyak ke gas akan menekan biaya produksi feronikel US$ 1 per pon nikel.

Tedy Badrujaman, Direktur Utama Aneka Tambang atau Antam, sebelumnya mengatakan melalui penggunaan gas, biaya produksi menurun dan perseroan menjadi lebih kompetitif. “Kami juga bisa menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi dari lini usaha nikel,” kata dia.

Saat ini Antam mengoperasikan PLTD berkapasitas 8×17 megawatt (MW) berteknologi dual fired yang menggunakan BBM atau gas sebagai sumber utama energi.Selain PLTD, Antam tengah menyelesaikan pembangunan PLTU berkapasitas 2×30 MW untuk mendukung pabrik feronikel Pomalaa. Pembangunan PLTU merupakan bagian dari Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa yang akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel Antam dari 18 ribu-20 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi) menjadi 27 ribu-30 ribu TNi per tahun.

Efisiensi penggunaan dan skema pengadaan bahan bakar saat ini dilakukan berupa penghematan bahan bakar di Buli dan Tayan, dan pengadaan bahan bakar dengan skema vendor held stock (VHS) di Pomalaa. Selain itu, efisiensi juga berhasil diwujudkan dengan penurunan bunga pinjaman perbankan.

Pendapatan

Penjualan emas masih menjadi kontributor pendapatan Antam hingga kuartal III 2015 yang mencapai Rp 9,04 triliun, naik dibanding periode sembilan bulan 2014 sebesar Rp 5,8 triliun. Pendapatan dari penjualan emas mencapai Rp 6,52 triliun, naik dari Rp 2,7 triliun. Peningkatah pendapatan ditopang peningkatan volume penjualan emas Antam di periode sembilan bulan 2015 naik secara signifikan sebesar 129% menjadi 12.648 kg (406.643 oz) dibandingkan periode sama tahun lalu.

Selain produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung, Antam melalui Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia juga memurnikan emas dari pihak ketiga di seluruh Indonesia.

Peningkatan pendapatan juga berasal dari penjualan batu bara dan bijih bauksit. Sementara pendapatan dari penjualan feronikel turun menjadi Rp 2,13 triliun pada sembilan bulan 2015 dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 2,61 triliun.

Antam mencatat produksi feronikel di periode sembilan bulan 2015 menunjukkan kenaikan sebesar 10% menjadi 12.838 ton nikel dalam feronikel (TNi) dibandingkan produksi sama tahun lalu. Kenaikan ini didukung oleh peningkatan jumlah dan kadar bijih nikel umpan pabrik dari tambang nikel di Pomalaa dan Pulau Pakal.

Seiring dengan peningkatan produksi, penjualan feronikel pada sembilan bulan 15 ikut mengalami kenaikan sebesar 4% menjadi 13.388 TNi dibandingkan penjualan pada periode yang sama 2014. Korea Selatan, Eropa dan Tiongkok merupakan tiga destinasi terbesar penjualan feronikel Antam selama sembilan bulan 2015.(AT)