Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

MANILA  – Pemerintah Republik Indonesia dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) akan membangun saluran transmisi lintas-negara yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Sarawak, Malaysia, dan menyediakan listrik ramah lingkungan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ke 8.000 rumah tangga.

“Kesepakatan ini merupakan wujud kerjasama jangka panjang dengan negara tetangga, dan sebuah langkah maju bagi terciptanya interkonektivitas ASEAN,” ujar Kepala Perencanaan Sistem PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), I Made Ro Sakya usai penandatangan kesepakatan itu di Manila, Philipina, Rabu, 28 Agustus 2013. 

Ia menerangkan, PLN saat ini menggunakan bahan bakar minyak untuk mengoperasikan pembangkit listrik di Kalimantan Barat. Hal ini menyebabkan harga listrik di kawasan tersebut menjadi mahal, mencapai 25 sen USD per kilowatt-jam (kWh).

Dalam perjanjian kerjasama listrik yang disepakati dengan Sarawak, harga listrik di Kalimantan Barat dapat ditekan menjadi 18 sen USD per kWh. Sedangkan emisi karbondioksida dari penggunaan pembangkit listrik tenaga minyak dapat dikurangi menjadi 400.000 ton per tahun sampai 2020.

Made menerangkan, proyek ini akan membangun jaringan transmisi sepanjang 145 kilometer, pengembangan gardu distribusi dan satu gardu induk, untuk menjamin pasokan listrik yang memadai di Kalimantan Barat.

Selain itu, akan dibangun pula jaringan transmisi bertegangan tinggi dan gardu induk lintas batas sepanjang 83 kilometer, yang akan menghubungkan jaringan listrik Kalimantan Barat dengan Sarawak. Diperkirakan listrik sebesar 230 Megawatt (MW) per jam dapat mengaliri jaringan tersebut.

 “Ini adalah kerjasama yang saling menguntungkan,” ujar Spesialis Energi ADB, Sohail Hasnie. Menurutnya, Kalimantan Barat mendapatkan pasokan energi ramah lingkungan dan memiliki pilihan sumberdaya.

“Sarawak dapat mengekspor listrik tenaga airnya yang pertama. Sedangkan kawasan ASEAN Timur melangkah makin dekat dalam mewujudkan suatu jaringan transmisi listrik antar-kawasan yang melintasi Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia,” jelasnya.

Melalui proyek interkoneksi ini, lanjutnya, PLN diperkirakan akan dapat menghemat USD 100 juta per tahun, melalui pengurangan penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit listriknya.

Sekitar 8.000 rumah tangga juga mendapat manfaat, antara lain melalui pemahaman akan pentingnya penggunaan energi secara efisien, tersedianya penerangan yang hemat energi, dan perbaikan pelayanan fasilitas umum seperti dan rumah sakit sekolah melalui ketersediaan listrik yang memadai.

Selain pinjaman sebesar USD 49,5 juta, kata Hasnie, ADB juga akan mengelola pinjaman sebesar USD 49,5 juta dari badan pembangunan Perancis, Agence Française de Dévelopment (AFP), serta hibah sebesar USD 2 juta dari Dana Multidonor untuk Energi Bersih (Multi-Donor Clean Energy Fund) yang merupakan bagian dari Fasilitas Kerjasama Pembiayaan untuk Energi Bersih (Clean Energy Financing Partnership Facility).

Saat ini pula, kata Hasnie lagi, ADB sedang menyiapkan pinjaman proyek yang kedua, untuk membiayai saluran transmisi yang berada di Malaysia. Kedua negara, Indonesia dan Malaysia, sepakat untuk menuntaskan pembangunan PLTA berikut jaringan distribusi dan transmisi listrik ini pada Desember 2014, agar dapat beroperasi pada 1 Januari 2015.

Ia menambahkan, ADB yang berkedudukan di Manila, Philipina, bertekad untuk mengentaskan kemiskinan di kawasan Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan bagi lingkungan, dan terintegrasi secara regional.

Berdiri pada 1966, ADB dimiliki oleh 67 negara, 48 diantaranya berada di kawasan Asia-Pasifik. Pada 2012, bantuan ADB di kawasan ini mencapai USD 21,6 milyar, termasuk pembiayaan bersama sebesar USD 8,3 milyar.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)