JAKARTA – Kenaikan harga komoditas batu bara berdampak signifikan pada kinerja produsen batu bara pada periode sembilan bulan 2017. Harga batu bara acuan (HBA) September 2017 tercatat naik 43,95% menjadi US$ 92,03 per ton dibanding periode yang sama tahun lalu US$63,93 per ton

Perusahaan-perusahaan produsen batu bara telah menuai kinerja yang positif seiring kenaikan harga. Ini bisa dilihat dari kinerja sejumlah emiten batu bara, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA).

“Kenaikan harga sangat berpengaruh,” kata Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) kepada Dunia Energi, Kamis (9/11).

Adaro Energy mencatat kenaikan pendapatan usaha sebesar 37% menjadi US$2,43 miliar pada periode sembilan bulan 2017. Kenaikan pendapatan ditopang kenaikan harga jual rata-rata batu bara perseroan sebesar 42%. Kenaikan harga berhasil menutup penurunan volume penjualan.

Garibadi Thohir, Presiden Direktur Adaro Energy, mengatakan pencapaian kinerja yang baik ini mencerminkan fokus perseroan yang berkelanjutan seiring semakin membaiknya kondisi pasar.

“Kami tetap bertahan di posisi yang baik untuk mencapai target 2017, serta siap menanggapi peluang-peluang dan menghadapi tantangan yang berpotensi menghasilkan laba yang cemerlang di jangka pendek maupun panjang,” kata Garibaldi.

Sektor pertambangan dan perdagangan batu bara Adaro memberikan kontribusi 94% dari total pendapatan. Pada periode sembilan bulan 2017, volume penjualan batu bara mencapai 39,44 juta ton, turun dua persen dibanding periode yang sama 2016.
Seiring kenaikan pendapatan, laba inti Adaro naik 76% menjadi US$495 juta, yang merefleksikan kinerja bisnis inti Adaro yang solid. Laba inti tidak meliputi komponen akuntansi non operasional setelah pajak.

Kinerja positif juga dibukukan Bukit Asam. Laba bersih perseroan naik 250% menjadi Rp2,63 triliun pada sembilan bulan 2017 dibanding periode yang sama tahun lalu Rp1,05 triliun.

Kenaikan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi dari volume produksi, angkutan dan penjualan, optimasi harga jual rata-rata batu bara serta efisiensi yang secara terus menerus dilakukan.

Selama periode sembilan bulan 2017, Bukit Asam membukukan pendapatan sebesar Rp13,22 triliun, naik 31,7% dibandingkan dengan periode yang sama 2016 sebesar Rp 10,04 triliun.

“Peningkatan pendapatan ini sebagai hasil dari upaya terus menerus yang dilakukan perseroan dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batubara low to medium range calorie pada saat membaiknya harga batu bara dunia,” kata Subandi, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam.(RA)