JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut izin ekspor tiga perusahaan tambang nikel dan satu perusahaan tambang bauksit. Penghentian eksporĀ  merupakan sanksi akibat tidak adanya progress pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter yang dijanjikan dan disepakati dengan pemerintah.

“Yang di-setop sementara ada, karena tidak memenuhi realisasi kemajuan smelter untuk nikel dan bauksit,” kata Bambang di Jakarta, Kamis (16/8).

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM dari tiga perusahaan nikel yang dicabut izin ekspor sementara tersebut total volume kuota ekspornya mencapai 4.222.119 wet metric ton (wmt).

Berikut daftar perusahaan yang dicabut rekomendasinya sementara :

1. PT Surya Saga Utama

Perusahaan smelter : PT Surya Saga Utama

Lokasi : Bombana, Sulawesi Tenggara

Mendapatkan rekomendasi pada 23 November 2017 jatuh tempo evaluasi 23 November 2018 dengan jumlah rekomendasi ekspor mencapai 3.000.000 wmt. Realisasi ekspornya sementara ini mencapai 51.000 wmt. Progress yang dijanjikan dalam evaluasi enam bulan adalah 40,71% dan dalam 12 bulan mencapai 25,7% namun realisasi hanya dalam enam bulan pertama hanya 39,44%.

2. PT Modern Cahaya Makmur

Perusahaan Smelter : PT CMMI

Lokasi : Konawe, Sulawesi Tenggara

Mendapatkan rekomendasi pada 23 November 2017 jatuh tempo evaluasi 23 November 2018 dengan jumlah rekomendasi ekspor mencapai 298.359 wmt. Belum ada realisasi ekspor sampai saat ini. Progres yang dijanjikan dalam evaluasi enam bulan adalah 86,58% dan dalam 12 bulan mencapai 99,75% namun realisasi dalam enam bulan pertama hanya 76,38%.

3. PT Integra Mining Nusantara

Peruashaan Smelter : PT Integra Mining Nusantara

Lokasi : Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Mendapatkan rekomendasi tanggal 28 Desember 2017 jatuh tempo evaluasi enam bulan pertama 28 Juni 2018 dengan jumlah rekomendasi ekspor mencapai 923.760 wmt. Belum ada realisasi ekspor sampai saat ini. Progres yang dijanjikan dalam evaluasi enam bulan mencapai 24,875% namun realisasi hanya dalam enam bulan pertama hanya 20%.

Selain itu, ada satu perusahaan nikel yang mendapatkan peringatan terakhir sebelum sanksi ekspor sementara dihentikan yaitu PT Toshida Indonesia dengan perusahaan smelter PT Asia Minerals berlokasi di Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan rekomendasi 1.950.000 wmt dengan realisasi sampai sekarang mencapai 281.495 wmt.

PT Toshida mendapatkan rekomendasi tanggal 11 Januari 2018 jatuh tempo evaluasi 11 Juli 2018. Progres kemajuan yang dijanjikan 8,41% namun realisasi enam bulan pertama baru 2,8%.

Untuk komoditas bauksit, sanksi penghentian ekspor sementara diberikan kepada PT Lobindo Nusa Persada dengan perusahaan smelter PT Berkah Pulau Bintan yang mendapatkan rekomendasi pada 30 Oktober 2017 dan evaluasi jatuh pada 30 Oktober 2018. Pemerintah memberikan rekomendasi ekspor mencapai 1.500.000 wmt. Progres pembangunan smelter yang dijanjikan dalam enam bulan 1,07% dam dalam 12 bulan mencapai 5,84%. Namun hingga kini relisasi pembangunannya tidak progres sama sekali.(RI)