JAKARTA – PT PLN (Persero) akan menjadikan panas bumi sebagai andalan untuk meningkatkan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun untuk pengembangannya, PLN masih harus menunggu bantuan dana eksternal.

Syofvi Roekman, Direktur Perencanaan PLN, mengungkapkan saat ini PLN sudah mendapatkan delapan wilayah kerja panas bumi (WKP) dari pemerintah. Serta tiga WKP dalam proses verifikasi atau evaluasi.

Untuk memulai pengembangan, khususnya kegiatan eksplorasi membutuhkan dana atau anggaran yang tidak sedikit. Pemerintah telah menjanjikan skema pendanaan untuk pengembangan panas bumi yang bisa dimanfaatkan PLN.

Menurut Syofvi untuk melakukan eksplorasi, PLN akan berusaha mendapatkan bantuan pendanaan yang dikoordinaasikan dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Skema pendanaan eksternal diharapkan bisa mem-back up paling tidak 50% dari seluruh total biaya yang dibutuhkan.

“WKP sedang kami eksplorasi. Untuk yang delapan lagi cari pendanaan dengan skema SMI dari Kementerian Keuangan yang bisa risk-nya ditanggung pemerintah up to 50%,” kata Syofvi saat ditemui di Kantor Pusat PLN Jakarta, Rabu sore (28/3).

Nantinya pengelolaan energi panas bumi akan diurus anak usaha PLN yang khusus bergerak di bisnis panas bumi.

Syofvi mengatakan PLN sudah selesai membentuk atau merampungkan pendirian anak usaha baru, yakni PT PLN Gas Geothermal (PLN GG) yang memiliki tugas khusus untuk kelola bisnis gas dan geothermal atau panas bumi PLN.

“Sudah sejak tahun lalu (disiapkan), lagi kami siapkan khusus untuk gas dan geothermal,” tukas dia.

Selain PLN GG, beberapa anak usaha lainnya juga akan diberdayakan PLN untuk bisa mengelola potensi EBT di tanah air.

PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), misalnya dipersiapkan untuk membangun pembangkit Solar PV terapung terbesar dan pertama di tanah air

“Tahun ini PLN mulai bangun solar PV di Cirata (waduk), kapasitas sekitar 200 MW itu dimiliki  anak perusahaan PJB,” ungkap Syofvi.

Dia menambahkan kedepan, selain panas bumi, potensi EBT lain yang menjadi fokus PLN untuk dikembangkan adalah jenis intermiten seperti tenaga angin (wind) serta matahari atau solar PV.

Untuk lokasi yang paling bagus dan cocok EBT jenis angin berada di wilayah Sulawesi dan Kalimantan. Sementara untuk solar PV akan dialokasikan ke masing-masing wilayah.

“Rencana EBT kami clear. Kami sampaikan di RUPTL yang cukup signifikan penambahan EBT di intermiten dari sebelumnya mungkin intermiten maksudnya solar PV dan wind itu cukup signifikan dalam 10 tahun ke depan install 2.000 MW,” tandas Syofvi.(RI)