JAKARTA- PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, anak usaha PT Pertamina EP (PEP), berkomitmen meningkatkan produksi minyak dan gas nasional melalui beberapa strategi dan program dari saat ini 5.184 barel per hari (bph) minyak dan 42,05 juta standar kaki kubik (mmscfd) gas per hari. Perusahaan menargetkan produksi minyak mencapai 4.893 bph pada akhir 2018.

Hermansyah Y Nasroen, Public Relation Manager Pertamina EP, mengatakan untuk meningkatkan produksi migas di Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, pada semester II 2018 dilakukan pemboran dua sumur di struktur Cemara (CMS-XXI). Kegiatan tajak sumur telah dilakukan pada Juli 2018 dengan target tambahan produksi 150 BOPD. Tajak sumur juga dilakukan pada sumur Akasia Bagus (ABG)-A2 rencana tajak di Oktober 2018 dengan estimasi tambahan produksi 137 BOPD.

“Upaya lainnya adalah melalui program stimulasi dan fracturing serta reaktivasi, reparasi sumur khususnya di struktur X ray, dan melanjutkan keberhasilan dua sumur di anjungan XMA,” ujar Hermansyah dalam keterangan tertulis yang diterima Dunia-Energi, Minggu (5/8).

Pada semester II 2018, tiga sumur di Jatibarang Field akan dilakukan reaktivasi menggunakan artificial lift ESP dan dua sumur lainnya akan diproduksikan dengan metode in situ gas lift dari satu sumur gas di struktur XMA.

Jatibarang Field merupakan lapangan yang telah ada sejak 1972. Saat ini Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field mengelola 50 struktur di onshore dan satu struktur di offshore dengan total sumur penghasil minyak dan gas sebanyak 170 sumur.

Pada 2018, strategi dan upaya optimalisasi produksi Pertamina EP meliputi program sumur eksisting berupa stimulasi, reaktivasi, konversi lifting, reparasi (well intervention) dan work over. Selain program pemboran sebanyak satu sumur dan direncanakan akan dilakukan dua sumur berikutnya di semester kedua 2018, yakni di struktur Cemara (CMS) dan Akasia Bagus (ABG).

Program optimalisasi produksi yang telah berhasil direalisasikan pada semester I 2018 adalah program reaktivasi yang memberikan kontribusi terhadap optimasi produksi adalah di anjungan lepas pantai XMA. Dua sumur di anjungan tersebut XMA-8 dan XMA-9 berhasil dilakukan reaktivasi dengan pemasangan artificial lift ESP. “Hingga akhir Juni 2018, kumulatif produksi dari dua sumur tersebut mencapai 20.709 BBLS,” ujar Hermansyah.

Beberapa upaya untuk mengoptimalkan potensi produksi eksisting dilakukan dengan konversi Artificial lift. Keberhasilan konversi lifting dari Gas lift ke ESP di antaranya sumur CMT-15, Sumur JTB-172. Selain itu, konversi lifting juga dilakukan dari gas lift ke HPU pada JTB-161 juga memberikan hasil gain yang signifikan. Hal ini menjadi referensi untuk konversi sumur gas lift lainnya,

Pertamina EP juga menjalankan program stimulasi di Jatibarang Field dalam menahan laju penurunan. Program stimulasi dilakukan pada sumur-sumur yang mengalami permasalahan scalling (endapan) dan kenaikan kadar air seperti pada Struktur Akasia Besar dan Jatibarang. Untuk sumur ABG-03 mendapatkan tambahan produksi sekitar 700 BOPD.

Program reparasi dan work over, baik minyak maupun gas juga memberikan hasil yang positif, diantaranya sumur gas di Struktur Randegan dan Tugu Barat; RDG-48, RDG-50, TGB-19 menghasilkan tambahan rata-rata satu MMSCFD. Untuk sumur minyak hasil workover yang cukup memberikan hasil signifikan adalah di struktur Akasia Bagus (ABG-2 dan ABG-3) serta struktur Jatibesar (JBS-01). Saat ini kontribusi produksi dari ke tiga sumur tersebut rata – rata 537 BOPD secara sembur alam. (DR)