Wilayah kerja panas bumi Kamojang di Garut, Jawa Barat yang dioperasikan PGE.

JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menargetkan peningkatan produksi listrik sebesar 9% menjadi 4.551 Gigawatt hour (GWh) pada 2019 dibanding realisasi tahun lalu 4.181 GWh.

“Dengan peningkatan kapasitas terpasang dari 617 MW menjadi 672 MW, PGE mentargetkan peningkatan produksi dari 4.181 GWh menjadi 4.551 GWh,” kata Ali Mundakir, Direktur Utama PGE, Senin (21/1).

Kapasitas terpasang pembangkit PGE akan mendapat tambahan pada tahun ini seiring beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 1 sebesar 55 MW.

Saat ini, total kapasitas terpasang panas bumi nasional sebesar 1.949,5 MW. Selain PGE, kontribusi lainnya berasal dari PT Star Energy Geothermal Salak, sebesar 377 MW, Sarulla Operations, Ltd., sebesar 330 MW, Star Energy Geothermal Darajat II, Ltd., sebesar 271 MW, Star Energy Geothermal, sebesar 227 MW, Geo Dipa Energi, sebesar 115 MW, dan PLN sebesar 13 MW.

Menurut Ali, kontribusi PGE akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang melalui beberapa proyek yang sedang dilaksanakan diantaranya proyek panas bumi di Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais dan Hululais Extention (Bukit Daun) di Bengkulu dan Sungai Penuh di Jambi.

“Total kapasitas terpasang panas bumi yang ditargetkan PGE pada 2025 adalah sebesar 1.057 MW,” kata Ali dalam keterangan tertulisnya.

Pada 2025, PGE diproyeksikan telah melakukan penghematan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 51,7 MBOEPD dan telah memberikan kontribusi pengurangan emisi karbon sebesar 5,5 juta ton CO2 per tahun.

“Untuk merealisasikan hal itu, total investasi yang akan dibelanjakan PGE mulai 2019 sampai dengan 2025 adalah sebesar US$2,6 miliar,” tandas Ali.(RA)