JAKARTA – Pemerintah mengklaim mampu mencapai target kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 1.858,5 megawatt (MW) pada 2017, sebagaimana road map panas bumi yang telah disusun.
Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan s
kapasitas terpasang PLTP hingga 6 Oktober 2017 sudah mencapai 1.808,5 MW.
“Targetnya 1.858,5 MW pada akhir 2017. Kami berharap dan optimistis mencapai angka itu,” kata Yunus kepada Dunia Energi, Kamis (12/10).
Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia sebesar 11.073 MW (resources) dan 17.506 MW (reserves) dengan kapasitas terpasang sebesar 1.643,5 MW pada 2016.
Menurut Yunus, penambahan kapasitas terpasang pada  2017 berasal dari PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW), PLTP Karaha Unit 1 (30 MW), PLTP Sorik Marapi (Modular, 20 MW), dan PLTP Sarula Unit 2 (110 MW).
Kapasitas terpasang PLTP saat ini mencapai 1.808,5 MW,  atau setara dengan 10,3% dari cadangan panas bumi Indonesia.
Produksi uap telah mencapai 51% dari target 2017 dan memberikan kontribusi PNBP sebesar Rp 0,25 triliun sampai dengan Juni 2017.
Yunus menambahkan, beberapa hal yang menjadi tantangan pengembangan panas bumi, yaitu lokasi panas bumi di kawasan hutan, penolakan masyarakat, harga, pendanaan dan perizinan.
Sejumlah upaya terobosan yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan panas bumi meliputi penugasan kepada BUMN dalam rangka pengembangan hulu dan hilir panas bumi berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014; penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi; insentif berupa tax allowance dan tax holiday; penyederhanaan perizinan dan peluncuran tiga aplikasi pelayanan publik berbasis online; pengeboran eksplorasi oleh pemerintah dan geothermal fund; dan pelelangan WKP Indonesia Timur, khususnya di daerah yang memiliki BPP setempat lebih tinggi dari BPP Nasional.
“Pada akhir tahun akan ada penambahan 30 MW  dari  Karaha di Jawa Barat, dan 20 MW dari Sorik Marapi di Sumatera Utara,” tandas Yunus.(RA)