JAKARTA – Peningkatan efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi 40% dalam kurun waktu tiga tahun ke depan berpotensi meningkatkan kapasitas menjadi menjadi 69.411 megawatt (MW). Saat ini, tingkat efisiensi pembangkit di Indonesia baru sekitar 25%-32%.

“Pemerintah dapat menambah hampir 15.000 MW tanpa harus membangun pembangkit yang baru,” kata Ryad Chairil, Pengamat Migas dari Universitas Indonesia (UI).

Menurut Ryad, terobosan ini perlu dilakukan dengan cara merevitalisasi pembangkit dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan batu bara yang berakibat pada kerusakan lingkungan. Untuk itu, beberapa agenda perlu dilakukan, antara lain audit energipada setiap pembangkit dengan memperbaiki teknologi pada pembangkit yang ada.

“Pemerintah segera menerbitkan ketentuan yang mewajibkan setiap pabrik untuk dilakukan audit energi, agar penggunaan energi nya bisa lebih efisien dan ramah lingkungan,” ujar Ryad.

Ryad juga menekankan agar pemerintah tidak memaksakan pembangunan PLTU padadaerah-daerah yang tidak banyak sumber batu baranya. Misalnya, di Papua dan daerah sekitarnya yang banyak sumber daya gas, sebaiknya dibangunpembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Atau Sulawesi yang banyak sunga idengan aliran air yang kuat, sebaiknya dibangun pembangkit listrik tenagaair (PLTA). Pemerintah juga tidak perlu memaksakan untuk membangun pembangkit yangbesar mengingat karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan.

“Yang dibutuhkan adalah membangun pembangkit skala kecil, seperti 20-50 MW pada setiap pulau kecil dan mengamankan jaringan interkoneksi antar pulauagar tenaga listrik bisa dimanfaatkan secara bersama. Generator mesinpembangkit skala kecil ini pun tidak begitu mahal dan dapat dipindah-pindah sesuai kebutuhan masing-masing pulau,” tandas Ryad.(RA)