JAKARTA-Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong pemerintah segera menetapkan PT Pertamina EP (PEP), anak usaha PT Pertamina (Persero), menjadi operator lapangan unitisasi Sukowati di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Apalagi manajemen PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina di sektor hulu lainnya, telah menyetujui dan memberikan rekomendasi kepada SKK Migas agar lapangan Sukowati dikelola oleh PEP.

Firlie Ganinduto, Ketua Komite Tetap Regulasi dan Hubungan Kelembagaan di Industri Migas Kadin Indonesia, mengatakan pemerintah semstinya segera menunjuk Pertamina EP sebagai operator lapangan Sukowati. Tidak ada alasan bagi pemerintah menolak PEP menjadi pengelola lapangan tersebut, apalagi PHE sudah mengonfirmasikan kepastian pengalihan lapangan tersebut untuk dikelola oleh PEP.

“Lapangan onshore ini sebenarnya tidak butuh teknologi lanjutan (advance). Untuk mengedepankan keberpihakan kepada perusahaan domestik, pemerintah harus segera menunjuk Pertamina EP sebagai pengelola lapangan unitisasi Sukowati,” ujar Firlie di Jakarta, Selasa (13/2).

Firlie Ganinduto, Ketua Komite Tetap Regulasi dan Hubungan Kelembagaan di Industri Migas 

Menurut Firlie, dengan menjadi operator lapangan Sukowati, PEP dapat menjadi lokomotif di sektor hulu migas. PEP juga bisa mitra di dalam negeri untuk mememaksimalkan pengelolaan hulu migas di Tanah Air, khususnya lapangan Sukowati, agar lebih efektif. “Dalam pengelolaan lapangan Sukowati, Pertamina EP bisa bekerja sama dengan mitra strategis lokal dengan memperlakukannya secara profesional, bukan sebagai vendor tapi juga sebagai investor,” katanya.

Firlie menjelaskan, dampak berantai (multiplier effect) pengelolaan lapangan Sukowati oleh PEP sangat besar karena melibatkan banyak orang di dalam negeri sebagai mitra. Apalagi, Pertamina EP memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan produksi dari lapangan Sukowati. “Itu artinya kita tidak antiasing. Biarkan saja asing investasi di EOR, deepwater, atau offshore. Kalau onshore, cukup Pertamina EP,” katanya.

Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Joint Operating Body (JOB) Pertamina Hulu Energi-PetroChina East Java (PPEJ) di Blok Tuban, Jawa Timur per 28 Februari 2018. Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menunjuk PPEJ selaku operator blok terminasi tetap melakukan kegiatan operasional hingga proses penandatanganan kontrak baru selesai dibahas. Di Blok Tuban, PHE dan PetroChina berbagi porsi masing-masing sebesar 50%. Sementara lapangan unitisasi yang operatornya PPEJ 80% porsi dimiliki PEP.

Di bawah pengelolaan PPEJ, produksi minyak lapangan Sukowati terus turun. Padahal produksi lapangan Sukowati beberapa tahun lalu sempat mencapai level di atas 30 ribu barel per hari. Selang setahun terakhir, produksi lapangan Sukowati terjun bebas, di bawah 10 ribu barel per hari karena tidak ada investasi signifikan dari operator Blok Tuban untuk mempertahankan produksi.

Harry Poernomo, Anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, mengatakan untuk blok-blok migas yang relatif mudah, seperti Tuban, Pertamina sejatinya bisa mengelola sendirian, tanpa menjalin kerja sama dengan mitra, apalagi mitra asing. Kerja sama dimungkinkan dengan  BUMD setempat guna memberi peluang dan pembinaan kepada potensi daerah. Apalagi blok Tuban tidak butuh biaya besar dan teknologi canggih.

Pertamina berpengalaman dalam mengelola lapangan migas pascatermnasi sekaligus meingkatkan produksi migas di lapangan tersebut. PEP mengelola lapangan Sanga-Sanga di Kalimantan Timur, pengelolaan lapangan migas Offshore North West Java (ONWJ) pada 2009 saat Pertamina mendapatkan hak operatorship. Pertamina pun mampu meningkatkan produksinya sampai sekarang, sebagaimana diharapkan pemerintah. Contoh lainnya adalah pengelolaan Blok West Madura Offshore (WMO) yang diambilalih dari Kodceo pada 2011, hingga saat ini mampu meningkatkan produksi.

PEP melalui unit bisnisnya, PEP Asset 4, memproyeksikan lapangan unitisasi Sukowati tahun ini menghasilkan minyak sebesar 6.214 barel per hari (BPH) dan gas 8,51 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target produksi minyak ini lebih tinggi dari proyeksi dalam RKAP sebesar 5.154 BPH dan Work Plan & Budget (WP&B) sebesar 5.345 BPH. Sedangkan produksi gas sama dengan target dalam WP&B dan lebih tinggi dari RKAP yang tercatat 7,30 MMSCFD.

Sebelumnya diberitakan, Dirut PHE R Gunung Sardjono Hadi mendukung PEP mengelola dan menjadi operator Lapangan Sukowati karena PHE telah menyiapkan strategi khusus mengelola Blok Tuban yang sudah diserahkan Pertamina kepada PHE tanpa Lapangan Sukowati. PHE akan mengembangkan lapangan lain seperti Mudi, Sumber, Lengongwangi, dan struktur lain yang masih nonaktif.

“Kami telah memberikan surat resmi kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM terkait pengembalian dan pemindahan operatorship Lapangan Sukowati yang berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu kepada PEP,” ujarnya.

Afif Saifudin, Direktur Pengembangan PHE, menambahkan PEP lebih pas menjadi pengelola sekaligus operator lapangan Sukowati. Pasalnya, di lapangan unitisasi tersebut porsi PEP mencapai 80% sedangkan PPEC memiliki porsi 20% di Sukowati. Dari 20% itu, porsi PHE 75% dan PetroChina 25%. “Setelah terminasi, kami punya 100% di 20% porsi kami tersebut,” katanya.

Dia menyebutkan, PEP sebagai pemilik porsi terbesar di Sukowati pantas menjadi operator di lapangan tersebut. Apalagi lokasi lapangan tersebut dekat dengan ladang minyak PEP Asset 4 yang berada di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. “Fasilitas produksi juga tak masalah. Di Tuban juga ada, di Sukowati ada,” katanya. (RI/DR)