JAKARTA – ENGIE, perusahaan energi asal Perancis menggandeng Electric Vine Industries (EVI) mengembangkan dan mengoperasikan jaringan mikro fotovoltaik cerdas untuk 2,5 juta penduduk di 3.000 desa di Papua. Total investasi untuk proyek tersebut diperkirakan mencapai US$240 juta selama lima tahun.

Didier Holleaux, Wakil Presiden Eksekutif ENGIE Group, mengatakan ENGIE ingin menjadi pelopor di energi baru terbarukan melalui inovasi bersama dan kemitraan. Merancang dan mengembangkan model energi baru terbarukan yang telah terdekarbonisasi, tergitalisasi dan terdesentralisasi guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

“Serta mendukung peluang pertumbuhan bagi bisnis dan komunitas sekitar,” kata Holleaux dalam keterangan tertulisnya, Jumat.

Proyek jaringan mikro fotovoltaik merupakan bagian dari target pemerintah untuk memenuhi 100% elektrifikasi di Indonesia pada 2020. Proyek ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah.

Pelaksanaan proyek diatur Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2016 tentang Percepatan Elektrifikasi di Pedesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan dan Pulau Kecil Berpenduduk melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil.

Saat ini ENGIE juga telah memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi suku tinggi di Muara Laboh. Proyek tersebut merupakan proyek energi baru terbarukan ENGIE Group pertama di Indonesia dan dunia.

Menurut Bryse Gaboury, Co-Founder dan CEO Electric Vine Industries, kemitraan merupakan langkah yang sangat besar untuk EVI, khususnya terkait upaya menyediakan listrik bagi daerah-daerah terpencil di Indonesia.

“Saat ini kami didukung ENGIE, yang merupakan produsen listrik swasta terbesar di dunia, sangat antusias untuk mewujudkan proyek ini,” kata Gaboury.

Saat ini EVI telah mengoperasikan jaringan mikro percontohan sejak Maret 2015 di Papua dan berhasil menyediakan listrik 24 jam selama tujuh hari seminggu kepada 250 orang masyarakat sekitar. Hal ini merupakan peningkatan signifikan dibanding periode sebelumnya, dimana ketersediaan listrik hanya selama tiga jam per malam. Dengan terpenuhinya kebutuhan listrik, bukan hanya mendukung kebutuhan dasar yang diperlukan masyarakat desa, namun juga memberikan peluang untuk mendapat penghasilan.(AT)