JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) berkomitmen menyukseskan program kelistrikan 35.000 megawatt (MW). Partisipasi produsen batubara dalam program listrik 35 ribu MW melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara diharapkan dapat mendorong peningkatan iklim investasi.

“Kita (produsen batubara) sekarang ingin fokus untuk pengembangan di Indonesia, yaitu untuk listrik. Power plant lebih predictable” kata Pandu Sjahrir, Ketua Umum APBI, di Jakarta.

Menurut dia, iklim investasi di sektor pertambangan batubara mengalami penurunan sejak 2011. Selama periode 2011-2016 investasi sektor pertambangan batubara turun hingga 80 persen.

Pengembangan pembangkit listrik diharapkan dapat pula memacu kenaikan volume konsumsi batu bara domestik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi batubara nasional sebesar 413 juta ton pada 2017. Dari total produksi tersebut, alokasi untuk pasar (domestik market obligation/DMO) dipatok sebanyak 121 juta ton.

Namun berdasarkan data Direktorat Jendral Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM, dokumen rencana kerja anggaran belanja (RKAB) 2017 perusahaan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dan rencana produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), total produksi batubara mencapai 489 juta ton. Jumlah tersebut terdiri dari produksi perusahaan PKP2B 311 juta ton, IUP PMA 17,2 juta ton, IUP BUMN 23,2 juta ton, IUP provinsi 137 juta ton.

“Selama ini 400 juta ton batubara di ekspor, sedangkan domestik hanya 90 jutaan. Seharusnya bisa dibalik, caranya dengan pembangunan power plant,” tandas Pandu.(RA)