JAKARTA – PT ABM Investama Tbk (ABMM) memproyeksikan bisa merealisasikan penjualan batu bara sebesar 9 juta ton sepanjang 2018, naik dibanding realisasi tahun lalu 7,9 juta ton. Kenaikan volume penjualan juga didukung dengan strategi efisiensi melalui penguatan integrasi anak perusahaan menjadi sebuah supply chain sevices bisnis batu bara.

Kegiatan penambangan batu bara oleh PT Cipta Kridatama.

Andi Djajanegara, Direktur Utama ABM Investama, mengatakan tren positif yang terjadi di industri batu bara selama dua tahun terakhir memberikan peluang bagi perseroan untuk memperkuat bisnis perusahaan.

“Salah satu strategi yang berhasil dilakukan perusahaan adalah melakukan integrasi tujuh entitas anak untuk mendukung penguatan bisnis pertambangan dan penjualan batu bara,” kata Andi di Jakarta, Kamis (12/7).

Menurut Andi, tujuh entitas anak usaha perseroan membentuk sinergi pelayanan dari hulu ke hilir atau end-to-end services dengan tingkat efisiensi operasional yang lebih baik dibanding standar industri.

“Tidak mudah untuk bertahan menghadapi iklim bisnis batu bara yang mengalami kejatuhan di seluruh dunia,” kata Andi.

Tujuh entitas anak usaha yang berada langsung di bawah ABM Investama yaitu PT Cipta Kridatama yang menjalankan kegiatan usaha kontraktor pertambangan; PT Reswara Minergi Hartama, perusahaan pertambangan dan perdagangan hasil batu bara; usaha ketenagalistrikan dikembangkan PT Sumberdaya Sewatama dan PT Anzara Janitra Nusantara; jasa logistik terintegrasi yang dilakukan PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics); dan jasa rekayasa serta pabrikasi oleh PT Sanggar Sarana Baja.

Serta yang terbaru yaitu PT prima Wiguna Parama (PWP) yang bergerak di bidang jasa perdagangan bahan bakar minyak (BBM).

Adrian Erlangga, Direktur Keuangan ABM Investama, mengatakan sistem supply chain bisnis batu bara yang dijalankan perseroan berhasil menekan biaya produksi batu bara. Hal tersebut telah dilakukan ABM dalam pengelolaan tambang batu bara melalui PT Tunas Inti Abadi di Kalimantan Selatan.

“Dengan produksi batu bara 5 juta ton per tahun, EBITDA dari tambang ini mencapai US$108 juta,” kata Adrian.

Pencapaian Tunas Inti Abadi di Kalimantan ini jauh di atas industri batu bara. Dengan sistem yang dikembangkan, ABM bisa memonitor produksi dan pembiayaan.

“Secara bisnis kami optimistis dapat tumbuh lebih baik baik dibandingkan tahun sebelumnya,” tandas Adrian.(RA)