JAKARTA –  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan insentif bagi pengembangan penggunaan mobil listrik. Insentif tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) yang draftnya telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo.

Ignasius Jonan,  Menteri ESDM,  mengatakan insentif diberikan bagi pengadaan berbagai komponen mobil listrik yang biasa didatangkan dari luar negeri, sehingga ketika sudah jadi mobil harganya lebih kompetitif.

“Kami dorong supaya kalau bisa ada pembebasan bea masuk dan pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),” kata Jonan saat menggelar rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (20/9).

Menurut Jonan,  harga mobil listrik yang masih tinggi membuat masyarakat enggan melirik. Padahal penggunaan mobil listrik, selain bermanfaat untuk mengurangi penggunaan energi fosil sekaligus memberikan dampak positif terhadap upaya penurunan emisi gas buang.

Dengan adanya insentif tersebut maka harga mobil listrik diyakini akan lebih bisa dijangkau masyarakat.

Menurut Jonan, jika mobil Tesla sekelas sedan Mercedes S tidak dikenakan PPnBM dan bea masuk maka harganya bisa sekitar Rp 750 sampai dengan Rp 1 miliar.

“Nah sekarang kalau ada PPnBM dan bea masuk itu harganya jadi Rp 2,5 miliar, sebesar itu siapa yg mau beli. Ini juga nanti kita lihat perkembangan teknologi,” ungkap dia.

Pemerintah, kata Jonan juga tetap akan melindungi industri mobil dalam negeri dan telah mengkoordinasikan rencana pengembangan mobil listrik dengan para produsen dalam negeri. Namun keputusan seluruhnya masih ada ditangan presiden.

“Jadi itu tolong komponennya semua dibebaskan bea masuk dan PPnBM. Itu saja usulnya. Nanti tergantung Pak Presiden bagaimana,” kata dia.

Dalam draf perpres yang sudah diserahkan ke presiden itu juga akan diatur tentang regulasi penjualan kendaraan yang berbahan bakar fuel. Untuk bisa mempercepat penggunaan mobil listrik pemerintah akan melarang penjualan kendaraan yang masih menggunakan bahan bakar fosil pada  2040.

Jonan yakin larangan tersebut tidak akan berpengaruh terhadap upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya,  pengembangan mobil listrik diperuntukkan bagi masa depan, namun persiapannya harus dimulai dari sekarang.

“Coba dihitung lagi, pembangunan refinery itu berapa lama. Terus berapa lama pengembangan mobil listrik. Saya kira mobil listrik itu generasi selanjutnya,” kata Jonan.(RI)