JAKARTA – Proses negosiasi antara pemerintah dengan Inpex Corporation yang menjadi kontraktor blok Masela masih terus berlangsung. Dua opsi penambahan produksi yang menjadi salah satu insentif yang ditawarkan oleh pemerintah kini tengah dibahas. Dalam penambahan kapasitas produksi, pemerintah berupaya menjamin adanya pertumbuhan industri petrokimia dengan menggunakan gas dari Masela.
“Kita kan mau sektor hilir berkembang karena itu kita ingin 474 MMSCFD. Kita ini ingin majukan sektor hilir,” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta.

Hingga kedatangan Sinho Abe, Perdana Menteri Jepang pada pekan lalu kesepakatan antara pemerintah dengan Inpex terkait pemberian insentif belum juga dicapai. Pemerintah sendiri menawarkan opsi perpanjangan kapasitas produksi Masela sebesar 7,5 MTPA untuk LNG serta ditambah dengan 474 MMSCFD yang diperuntukan untuk petrokimia. Sementara pihak Inpex meminta tambahan produksi sebesar 9,5 MTPA untuk LNG dan 150 MMSCFD untuk petrokimia.

Menurut Arcandra, ada dua sektor industri petrokimia yang ingin dibangun pemerintah dengan memanfaatkan gas Masela. Pasalnya, Indonesia hingga saat ini masih tertinggal jauh untuk urusan industri petrokima, padahal bahan bakunya berupa gas melimpah.

“Sekarang coba cari ada tidak kita bisa hasilkan petrokimia jenis polypropeline dan polyethyline. Kita mau industri itu ada di Indonesia, saat ini cuma satu yaitu Candra Asri. Thailand saja punya tujuh,” kata dia.

Arcandra mengatakan kesepakatan dari tawaran yang diajukan karena pada dasarnya keputusan pemerintah sudah mengakomodir permintaan kontraktor. “Secara produksi sama, kalau dijadikan LNG smua sekitar 10,2 MTPA atau 10,3 MTPA, dari yang kita minta diawal 7,5 MTPA dulu lalu minta increase. Oke kita kasih tapi kita punya kepentingan juga kan,” tandas Arcandra.(RI)