JAKARTA – Kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) yang sangat positif pada semester I 2016 menunjukkan Pertamina layak menjadi induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara di sektor energi sekaligus menjadi induk bagi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS).

“Dari segi size dan scope sudah jelas Pertamina yang lebih cocok jadi holding, apalagi kinerjanya terus membaik,” ujar Berly Martawardaya, pengamat ekonomi energi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Sabtu (27/8).

Menurut Berly, Pertamina telah menunjukkan keberhasilan untuk tidak melakukan PHK pekerja meski ditengah turunnya harga minyak dan gas. Bahkan, perseroan berhasil meningkatkan laba secara signifikan melalui efisiensi biaya, perbaikan struktur keuangan dan menggiatkan pemasaran di dalam negeri serta ekspor.

“Semoga kinerja Pertamina terus meningkat dan memperkuat sektor migas Indonesia,” ujar Berly.

Pada paruh pertama 2016, kinerja Pertamina meningkat signifikan dan menjadi salah satu dari sedikit perusahaan migas dunia yang meraih pertumbuhan laba bersih. Sepanjang periode Januari-Juni 2016, Pertamina membukukan laba bersih US$1,83 miliar, naik 221% dibanding periode yang sama 2015. Selain ditopang kinerja operasi dan efisiensi, kinerja keuangan Pertamina yang positif juga didorong berbagai inisiatif dan langkah terobosan yang dilakukan.

Kinerja Pertamina jauh melampaui perusahaan energi Malaysia, Petronas yang di saat sama justru membukukan penurunan laba bersih hingga 72% menjadi RM6,2 miliar dibandingkan semester I 2015 sebesar RM22,5 miliar. Penurunan laba bersih sebagai imbas dari anjloknya harga minyak dunia sehingga pendapatan Petronas turun dari RM127,5 miliar, menjadi RM97,57 miliar pada semester I 2016.

Muhammad Said Didu, pengamat BUMN, mengakui kondisi Pertamina memang sangat baik dan sehat. Hal ini tampak dari sisi keuangan, kinerja, dan efisiensi yang  semua bagus.“Pertamina memang layak membawahi PGN,” kata Said.

Di antara ratusan BUMN, tahun ini memang hanya Pertamina yang masuk ke dalam deretan 500 perusahaan elit dunia. Prestasi ini mengulang tahun sebelumnya, Pertamina juga masuk jajaran perusahaan terkemuka sejagad. “Laba Pertamina memang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dan saat ini, laba Pertamina setara dengan 30% laba seluruh BUMN,” kata Said.

Menurut dia, kontribusi Pertamina terhadap negara sangat besar. Selain laba yang selalu meningkat, kata Said, Pertamina merupakan penyumbang terbesar dividen BUMN. Pertamina juga merupakanpenyumbang pajak terbesar. “Melihat kinerja dan kesehatan yang sangat baik itu,tidak heran kalau Pertamina sangat layak dan ideal menjadi induk holding,”ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, pembentukan holding BUMN energi juga sesuai dengan impian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yangingin BUMN Indonesia kuat dan bisa bersaing di level global. Sri Mulyani sebelumnya menyatakan pembentukan BUMN akan bermanfaat bagi Indonesia untuk memperbesar ukuran perusahaan pelat merah maupun ekonomi negara ini. Tujuannya supaya Indonesia memiliki BUMN hebat dan menjadi pemain dunia.

Menurut mantan Direktur Eksekutif Bank Dunia tersebut, BUMN mencerminkan aset yang bisa dibanggakan sebuah negara. Misinya bukan hanya sekadar berorientasi pada keuntungan, tapi juga sebagai agen pembangunan. Perusahaan pelat merah,harus dikelola secara profesional supaya bisa bersaing dan menciptakan kesejahteraan rakyat. Di antaranya melalui pembentukan holding.

“Entitas yang dimerger atau diakuisisi akan tetap jadi diri sendiri, tapi akan dikelola dalam satu bentuk holding. Tujuannya menciptakan nilai lebih banyak yang menguntungkan negara dan BUMN bisa menjadi the real player in the world,” ungkap Sri.(RA/EA)