CEPU– Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil Indonesia melalui anak usahanya, PT ExxonMobil Cepu Ltd, tercatat sebagai lapangan dengan biaya produksi pengolahan (cost production) sangat rendah, yaitu 2,4 per barel. Jika memasukkan biaya depresiasi, total cost production US$ 9 per barel, juga jauh lebih murah dari rata-rata biaya produksi minyak nasional sekitar US$ 18 barel per hari.

Cost production lapangan Banyu Urip memang sangat rendah, ini termasuk sangat efisien,” ujar Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs Exxonmobil Indonesia di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Rendahnya biaya produksi di lapangan Banyu Urip tak lepas dari kondisi lapangan ini yang tergolong lapangan baru sehingga untuk menghasilkan minyak tidak sesulit lapangan-lapangan tua. Selain itu, pengelolaan lapangan Banyu Urip juga didukung teknologi serta kondisi sumur yang berdekatan dalam satu lapangan sehingga menekan biaya produksi.

“Lapangan Banyu Urip bok Cepu hanya memiliki 500 karyawan dimana 99,4 persen adalah pegawai lokal, dan sebagian kecil saja ekspaktriat,” ujar Erwin.

Dia juga menjelaskan, produksi minyak lapangan Banyu Urip sudah meningkat di atas 200.000 barel per hari (bph). Angka ini sekitar 24-25% dari produksi minyak nasional. Melihat potensinya yang masih bisa ditingkatkan, produksi lapangan Banyu Urip ditargetkan rata-rata 201.600 barel per hari.

“Lapangan Banyu Urip memiliki cadangan 729 juta barel atau naik 60% dari proyeksi sebelumnya. Lapangan ini juga memiliki 15 sumur injeksi dan 30 sumur pemboran,” ujarnya.

Erwin mengatakan, selain minyak, lapangan Banyu Urip menghasilkan gas untuk generator di fasilitas unit pengolahan utama (Central Processing Facility/CPF). Selain itu, lapangan ini memiliki gedung perkantoran terintegrasi dan waduk berkapasitas 2,5 juta meter kubik. “Gas untuk konsumsi sendiri seperti pemakaian generator,” katanya.

Manajemen ExxonMobil Indonesia memproyeksikan Blok Cepu berpotensi memberikan pemasukan bagi negara sebesar US$ 44 miliar atau sekitar Rp 594 triliun hingga kontrak berakhir pada 2035. Ini dengan asumsi harga minyak US$ 50 per barel.

Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu ditandatangani pada 17 September 2005, mencakup wilayah kontrak Cepu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. KKS Cepu terdiri atas sejumlah perusahaan, yaitu ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Ampolex Cepu Pte Ltd., PT Pertamina EP Cepu dan empat Badan Usaha Milik Daerah yakni PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur). Sebanyak 45% hak partisipasi Blok Cepu dimiliki ExxonMobil, 45% Pertamina, dan 10% oleh badan usaha milik daerah. (DR)