JAKARTA – Pemerintah memberikan sinyal untuk menyerahkan kembali pengelolaan Blok Rokan di Riau kepada PT Chevron Pacific Indonesia. Kontrak Chevron di Blok Rokan akan habis pada 2021. Penunjukkan Chevron sebagai operator di Rokan untuk menjamin tidak ada penurunan produksi menjelang kontrak berakhir nanti.

Djoko Siswanto, Direktur Pengendalian Pengadaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan saat ini Chevron sedang menghitung nilai keekonomian lapangan. Pasalnya, untuk kontrak baru akan menggunakan skema gross split.

“Tujuannya agar produksinya tidak low, karena dia sudah biasa di sana. Tetapi harus gross split. Mereka sedang menghitung, kalau ekonomis baru diajukan,” kata Djoko.

Berdasarkan data SKK Migas produksi minyak di Blok Rokan selama kuartal I 2017 sebesar 230.170 barel per hari (bph). Artinya Blok Rokan menyumbang sekitar lebih dari 25% produksi minyak nasional yang rata-rata mencapai 800 ribu bph.

Djoko optimistis perusahaan minyak dan gas asal Amerika Serikat itu tetap akan mengajukan proposal kontrak baru. Apalagi dengan menggunakan gross split bagi hasil yang akan diterima jauh lebih besar dibanding menggunakan skema kontrak bagi hasil cost recovery.

Saat ini dengan cost recovery, Chevron hanya mendapatkan bagi hasil bersih sebesar 9% dari pendapatan.

“Chevron cost-nya 18% dari revenue. Kalau gross split dia dapat base split 43% dikurang 18% berarti 25%, belum nanti dapat split dari variabel dan progresif, sekarang dia cuma dapet 9%, jadi dia pasti mau,” ungkap Djoko.

Seiring indikasi penunjukkan kembali Chevron di Blok Rokan, peluang PT Pertamina (Persero) untuk mengelola blok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi minyak nasional itu bakal kandas.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 15 Tahun 2015 tentang pengelolaan wilayah kerja minyak dan gas Bumi yang akan berakhir kontrak menyebutkan Pertamina diberikan prioritas mengelola blok migas yang habis kontrak.

Menurut Djoko, pemerintah tidak mau membenani Pertamina dengan menambah pekerjaan berat mempertahankan produksi di Blok Rokan. Pasalnya perusahaan plat merah itu baru saja mendapatkan hak pengelolaan 10 blok migas baru, termasuk Blok Mahakam yang juga merupakan satu dari 10 lapangan dengan produksi migas terbesar di tanah air.

“Pertamina fokus ke Mahakam. kita lihat bisa tidak dia pertahankan produksi. kedua, dia sudah dapat yang delapan WK, banyak sekali. Kita tidak mau ambil risiko yang WK besar-besar tadi, produksinya turun,” tandas Djoko.(RI)