JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS),  induk usaha PT Saka Energy Indonesia sudah mengajukan permintaan ke pemerintah untuk mempertimbangkan Saka bisa meneruskan pengelolaan Blok Sanga Sanga pasca berakhirnya kontrak pada Agustus 2018.

Dilo Seno Widagdo, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, mengungkapkan keinginan manajemen untuk meneruskan pengelolaan di Saka berangkat dari keinginan untuk menjaga produksi blok tersebut agar tidak anjlok menjelang masa kontraknya berakhir.

PGN juga tidak menutup kemungkinan jika Saka diharuskan bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero)  yang sebelumnya sempat mendapatkan mandat untuk mengelola delapan blok terminasi, yang salah satunya adalah Sanga Sanga.

“Hari ini kan kita yang operasikan (Sanga Sanga), di Mahakam (Blok Mahakam) yang timur pindah ke Pertamina. Di tengah kami bisa kelola Sanga Sanga, kalau kerja sama (dengan Pertamina) juga tidak masalah,” kata Dilo di Bogor, Jawa Barat,  akhir pekan lalu.

Saat ini Saka melalui PT Saka Energi Sanga Sanga menguasai hak partisipasi 26,25% sama besar dengan ENI. Selain itu,  VICO menguasai 7,5%. Serta ada VIC dengan penguasaan 15.63%, UGO 4.38% serta OPICOIL 20%.

Menurut Dilo, kemampuan Saka yang berpartner dengan VICO dalam mengelola blok Sanga Sanga tidak perlu diragukan. Apalagi Saka sukses mendorong inovasi baru dalam produksi di sana.

“Kami minta pertimbangan ke pemerintah.  Ini (Sanga Sanga)  mau dikembalikan ke Pertamina atau kami diberi kesempatan untuk meneruskan. Hari ini kami juga sudah investasi untuk memproduksi lean gas yang tadinya tidak bisa disalurkan karena harus dicampur LPG,” ungkap Dilo.

Jobi Triananda, Direktur Utama PGN, menegaskan komitmen PGN melalui Saka sebagai badan usaha milik negara untuk ikut memberikan kontribusi terhadap produksi migas nasional.

“Kami minta (blok Sang Sanga), tapi balik lagi keputusan di pemerintah. Kami sudah menjadi operator dan berproduksi dengan baik,” tandas Jobi.(RI)