JAKARTA – Pemerintah akan mengaudit pengembangan blok Kasuri di Papua yang dikelola Genting Oil, perusahaan asal Malaysia. Audit dilakukan untuk memastikan biaya pengelolaan yang digelontorkan Genting masuk akal dan sesuai dengan kebutuhan.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan yang akan diaudit nantinya adalah sunk cost dan pemerintah meminta audit dilakukan  pihak ketiga.

“Kami minta mereka mengenai cost-nya. Kami minta diaudit secara teknikal dan komersial oleh lembaga atau konsultan yang capable untuk menilai apakah cost-nya reasonable. Boleh saja dia (genting) mengajukan cost, supaya labih fair dinilai oleh pihak ketiga,” kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (15/3).

Aktivitas pengembangan blok Kasuri terhenti sejak 2016 seiring pembahasan revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) yang diajukan Genting Oil untuk pengembangan potensi temuan di Lapangan Asap-Kido-Merah.

Genting sebelumnya mematok biaya pengembangan satu sumur mencapai US$80juta-US$85 juta. Namun Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menilai perhitungan tersebut masih menggunakan acuan saat harga minyak tinggi. Dalam perhitungan SKK Migas satu sumur seharusnya tidak sampai US$80 juta.

Untuk mempercepat pengembangan blok Kasuri, pemerintah tetap meminta Genting untuk segera menyerahkan rencana pengembangan.

Menurut Arcandra, audit tidak akan mengganggu  jadwal atau schedule pengembangan. Pelaksanaan audit biasanya dilakukan setelah PoD disetujui. Namun kini akan dilakukan tanpa harus menuju penandatanganan PoD oleh Menteri ESDM. Genting juga telah menyatakan kesediaannya untuk diaudit.

“Tidak ganggu PoD, kan sambil jalan, ya dikerjakan terus. PoD dulu dalam proses dia ini sunk cost sudah terjadi itu diaudit. Dia (Genting) bersedia nanti kalau ada hal-hal dari sunk cost yang kurang perlu diperbaiki ya diperbaiki,” ungkap Arcandra.

Sunk cost yang akan diaudit  merupakan berbagai biaya yang telah dikeluarkan Genting Oil saat kegiatan eksplorasi. Audit dilakukan sehingga pengembangan blok yang ditaksir mampu memproduksi gas sebesar 285 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) bisa lebih efisien. Sehingga cost recovery yang harus dibayarkan negara juga bisa lebih efisien.

“Bisa kok (audit dilakukan di awal), karena kami minta efisien. Kalau efisiensi kan nanti cost recovery turun, tiap cost harus reasonable,” tegas Arcandra.

PoD Blok Kasuri untuk temuan di lapangan Asap-Kido-Merah ditargetkan bisa ditandatangani tahun ini. PoD lainnya adalah pengembangan Lapangan Marakesh, dan peningkatan penambahan produksi Joint Operation Body (JOB) Tomori dan proyek Blok Masela.(RI)