JAKARTA – Pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral yang dibangun di Kawasan Industri Bantaeng (KIBA) diperkirakan menyumbangkan pendapatan daerah mencapai 80 persen. Pada tahun ini ada dua smelter yang akan beroperasi.

“Smelter PT Titan Mineral Utama dan Huadi Group, beroperasi tahun ini. Mayoritas penerimaan daerah akan berasal dari industri smelter, sisanya dari pertanian jagung serta perikanan,” kata Abdul Wahab, Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantaeng Sulawesi Selatan kepada Dunia Energi di Jakarta.

Kawasan industri Bantaeng diperkirakan menyerap investasi sebesar US$ 5 miliar atau Rp 55 triliun. Pemkab menargetkan KIBA menjadi kawasan industri mineral terintegasi terbesar di Sulsel.

Wahab mengungkapkan, sekitar delapan smelter bijih besi dan nikel akan beroperasi di Bantaeng. Nilai investasinya sekitar US$ 2,4 miliar atau US$ 300 juta per smelter. Selain membangun smelter, investor menggelontorkan dana US$ 600 juta untuk proyek pendukung, seperti pengadaan limestone, air bersih, dan material konstruksi. Dengan demikian, total investasinya mencapai US$ 3 miliar.

Investor China Harbour Group akan membangun pelabuhan senilai US$ 1 miliar di kawasan tersebut. Perusahaan itu telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pemkab Bantaeng. Untuk memenuhi pasokan listrik smelter-smelter tersebut, akan dibangun pembangkit listrik senilai US$ 980 juta.

Proyek ini akan dieksekusi oleh PT Energi Nusantara Merah Putih melalui dua anak usahanya, PT Pasifik Agra Energi dan PT Power Merah Putih, dengan menggandeng Sinland Development Pte Ltd, anak usaha China Machinery Engineering Corporation, untuk mengembangkan PLTGU berkapasitas 600 megawatt (MW).(RA)