Bagan posisi cebakan gas hidrat di dasar laut.

JAKARTA – Indonesia ternyata memiliki potensi gas hidrat mencapai 3.000 Miliar Kaki Kubik (Trillion Cubic Feet/TCF) yang tersebar di sejumlah perairan Nusantara dari barat sampai ke timur.

Adanya potensi energi baru tersebut diungkapkan Specialist Fosil Energy Upstream Technology Centre (UTC) PT Pertamina (Persero) Alfian Usman. Ia menerangkan, gas hidrat merupakan salah satu jenis gas nokonvensional yang unsurnya berdekatan dengan gas methana (CH4).

“Potensi gas hidrat Indonesia itu diantaranya berada di perairan Sumatera Utara bagian barat, Selat Sunda, Selat Makassar, perairan sebelah utara Manado, serta di perairan Maluku dan Papua,” ujar Usman saat ditemui sesuai mengikuti Seminar “Kontrak Blok Mahakam; Menanti Keputusan Bermartabat” di Komplek Gedung MPR/DPR Senayan – Jakarta, Rabu, 30 Januari 2013.

Ia membenarkan, unsur gas hidrat mirip dengan gas methana batubara (Coal Bed Methane/CBM) namun keberadaannya di laut (offshore), biasanya di palung laut (jurang di dasar laut, red) sehingga membutuhkan teknologi yang lebih canggih untuk pembuktiannya secara lebih detail.

Sejauh ini, lanjutnya, survey seismic yang dilakukan Pertamina telah menunjukkan indikasi adanya gas hidrat di sejumlah perairan Indonesia, dengan potensi mencapai 3.000 TCF. Pertamina berencana melakukan penyelidikan lebih detail terhadap potensi gas hidrat ini, lewat pemboran eksplorasi.

Sejauh ini, kata Usman, negara yang sudah mengembangkan gas hidrat diantaranya Jepang, Kanada, India, dan Rusia. “Untuk penyelidikan lebih detail terhadap potensi gas hidrat ini, kemungkinan Pertamina akan bekerjasama dengan negara yang sudah lebih dulu mengembangkannya,” ujarnya lagi.

Jika potensi 3.000 TCF itu terbukti dan bisa dimanfaatkan, lanjutnya, akan mampu memenuhi kebutuhan energi di seluruh wilayah Indonesia selama 300 tahun tanpa bahan bakar minyak. Temuan itu pun, menurutnya sudah dilaporkan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)