JAKARTA– Indonesia masuk dalam daftar 23 negara dengan konsumsi energi tertinggi di dunia. Daftar tersebut dikeluarkan oleh organisasi nirlaba Amerika Serikat (AS), American Council for An Energy-Efficient Economy (ACEEE). Dalam laporan ACEEE, Indonesia berada diurutan ke – 18 dalam 23 kelompok negara tersebut terkait tingkat efisiensi energi.

Kekuatan Indonesia terletak di kebijakan yang mewajibkan penerapan manajemen energi berbasis standar ISO 50001 untuk pengguna energi berskala besar. Dengan adanya kebijakan ini, Indonesia dengan intensitas energi yang rendah dapat menduduki peringkat ke-7 dunia dalam tingkat efisiensi energi di sektor industri bersama Belanda dan Taiwan.

“Ke-23 negara tersebut adalah pemakai 75% dari total energi yang digunakan di bumi dan lebih dari 80 persen diantaranya menyerap PDB dunia,” kata laporan ACEEE itu seperti dikutip laman Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Penilaian dilakukan oleh ACEEE dengan menggunakan beberapa kriteria, antara lain tingkat efisiensi energi di sektor bangunan, industri, transportasi dan upaya efisiensi energi di masing-masing negara.

ACEEE menyatakan alasan Jerman dapat menduduki posisi teratas sebagai negara dengan tingkat efisiensi tertinggi lantaran pengembangan bangunan hemat energi, model bisnis untuk efisiensi energi dan keterlibatan konsumen dalam menentukan keputusan penggunaan energi, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) dalam efisiensi energi sejak 2014

Sementara itu, Italia tercatat sebagai negara dengan efisiensi energi terbaik di sektor industri, bersama dengan india yang berada di posisi ke 14, sedangkan Jepang dinilai memiliki efisiensi energi di sektor transportasi. Sedangkan Indonesia bersama dengan Amerika Serikat yang berada di posisi ke 9, dinilai ACEEE memiliki efisiensi energi yang tinggi karena adanya upaya-upaya, terutama oleh pemerintah dalam perbaikan penggunaan energi. Khusus di di sektor transportasi, Indonesia ada di peringkat 21.

Menurut ACEEE, efisiensi berarti biaya terendah untuk memenuhi permintaan energi. Pemerintah biasanya mendorong investasi dalam efisiensi energi dan melaksanakan kebijakan pendukung untuk menghemat uang warga, termasuk mengurangi ketergantungan pada impor energi dan mengurangi polusi. Efisiensi energi memiliki manfaat dan berpotensi besar, salah satunya dalam memenuhi kebutuhan energi dunia.

Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Inggris BP mencatat peningkatan konsumsi energi di Indonesia sebesar 3,9% sepanjang 2015. Angka ini hampir meningkat dua kali selama 15 tahun terakhir. Salah satu faktornya yaitu konsumsi batubara meningkat. Sepanjang 2015, pemakaian komoditas tersebut tumbuh 15% . Dengan lonjakan ini, BP mencatat terjadi peningkatan emisi karbondioksida hingga 5,7% . Tapi, angka tersebut lebih rendah dari rata-rata 10 tahun terakhir yang mencapai 6,0 %.

Di sisi lain, konsumsi minyak bumi dan gas bumi masing-masing turun 3,2% dan 2,7 %. BP Group Chief Economist Spencer Dale mengatakan sejak 2010 hingga 2015, bahan bakar di Indonesia memang didominasi oleh Batubara. Bahkan dalam periode tersebut terjadi rasio konsumsi batubara terhadap total konsumsi energi mencapai dua kali lipat.

Selama periode tersebut, BP mencatat pemakaian batu bara mencapai 41,1 persen dari total konsumsi energi . Disusul konsumsi minyak bumi yang hanya 37,6 persen, dan gas bumi 18,3 persen.

Selain itu, BP juga menyoroti turunnya konsumsi gas bumi di Indonesia. Penggunaan gas bumi pada 2015 mencapai 39,7 billion cubic metres (bcm). Angka ini turun 1,1% dibandingkan konsumsi gas tahun sebelumnya. Bahkan konsumsi tersebut paling rendah sejak 2008 yang mencapai 39,1 bcm. Pemakaian gas berhasil di titik puncak pada 2010 sebesar 43,4 bcm.

BP juga mencatat adanya peningkatan konsumsi listrik dari hidro. Meski sempat menurun di 2014 menjadi 3,4 millions ton oil equivalent, dari tahun sebelumnya 3,8 millions ton oil equivalent, konsumsi listrik dari hidro pada 2015 menjadi 3,6 millions ton oil equivalent.
Di sisi lain, selama 2015 juga terjadi penurunan produksi dari komoditas yang berasal dari fosil. Penurunan terbesar yakni batubara yang mencapai 14,4 persen, dari 281,7 millions tonnes oil equivalent pada 2014 menjadi 241,1 millions ton oil equivalent.

Melany Tedja, Wakil Koordinator Program Energy Efficiency in Industriall, Commercial & Public Sector (EINCOPS) atau Program Efisiensi Energi pada Industri, Sektor Komersial, dan Publik, sebelumnya menyatakan Indonesia saat ini masuk dalam kategori negara yang cukup boros dalam penggunaan energi. Penggunaan energi di Indonesia pada akhir 2015 saja mencapai 1.131 juta setara barel minyak (SBM).

Jika kondisi ini tidak dikendalikan dengan kegiatan efisiensi penggunaan energi, penggunaan energi di Indonesia pada 2025 diperkirakan akan mencapai 4.300 SBM. Selain itu juga terdapat estimasi jika pada 2030 penggunaan energi di Indonesia akan meningkat 10 kali lipat.

“Beberapa penyebab tingginya konsumsi energi di Indonesia yaitu penggunaan alat-alat elektronik yang berusia cukup tua dan faktor perilaku dalam penggunaan energi,” katanya.

Melany menambahkan Indonesia tidak saja harus melakukan efisiensi penggunaan energi tetapi harus mulai beralih menggunakan energi terbarukan. Sebab penggunaan energi terbarukan di Indonesia saat ini kurang dari 5% . (DR)