JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meluncurkan ESDM One Map, bank data yang menyediakan berbagai data tentang potensi energi di tanah air. Sistem teranyar ini akan berkolaborasi dengan sistem informasi lainnya, seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Informasi Geospasial (BIG) dan seluruh pemerintah daerah di Indonesia.

Susetyo Edi Prabowo, Kepala Pusat Data dan Teknologi Infomasi (Pusdatin) Kementerian ESDM, mengatakan ESDM One Map menyimpan berbagai informasi kegiatan pertambangan di Indonesia mulai dari sektor minyak dan gas hingga sektor mineral dan batu bara.

Beberapa informasi yang disediakan seperti potensi geologi, mulai dari mineral, batu bara, panas bumi, bitumen padat hingga coal bed methane (CBM). Selain itu, informasi wilayah izin usaha pertambangan, wilayah kerja migas, wilayah kerja panas bumi, data hulu migas (sumur, kilang, seismik 2D dan seismik 3D), kawasan hutan dan infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan jaringan distribusi).

“Sistem informasi ini akan selalu diperbarui datanya. Melalui penyajian data yang lengkap, akurat dan terintegrasi, maka investor akan mudah menyusun rencana investasinya di sektor ESDM. Selain itu, pengawasan pelaksanaan kegiatan di sektor ESDM juga akan lebih mudah,” kata Susetyo dalam peluncuran ESDM One Map di Kementerian ESDM, Rabu (31/5).

Lebih lanjut dia menjelaskan sistem sangat membantu dalam evaluasi penentuan kawasan industri dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).

ESDM One Map akan membuat pemilihan lokasi pengembangan industri tepat sasaran, karena terdapat data-data yang memungkinkan untuk melakukan analisa ketersediaan sumber daya bahan baku, potensi energi, dan infrastruktur secara lebih cepat dan akurat.
“Misalnya kawasan industri alumina berada di Kalimantan Barat karena banyak terdapat bauksit,” tukas Susetyo.

Tidak hanya itu, ESDM One Map juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisa potensi terjadinya permasalahan tumpang tindih antar kawasan maupun wilayah perizinan, seperti mengidentifikasi tumpang tindih sesama Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau evaluasi IUP dan Wilayah Kerja Panas Bumi yang berada di kawasan hutan.

Dalam implementasinya ESDM One Map telah terintegrasi dengan Minerba One Map (MOMI) yang dibangun oleh Ditjen Mieneral dan Batubara. Saat ini lebih dari 500 kabupaten kota dan 34 provinsi telah bergabung ke dalam ESDM One Map melalui Minerba One Map Indonesia.

“Sehingga Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melihat kondisi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di wilayah masing-masing,” kata Susetyo.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM mengungkapkan dengan adanya sistem ini maka pimpinan unit harus bisa memastikan tidak ada kekeliruan data. Apalagi nantinya data ini bisa diakses secara terbuka sekaligus menegaskan transparansi pemerintah dalam pengelolaan sektor energi.

Manfaat ESDM One Map bisa dilihat dalam upaya peningkatan investasi sektor migas. Karena sistem ini akan menyediakan data sesmik serta potensi sumber daya migas di tanah air.

“Masalah data seismik kalau di luar negeri terbuka. Disini tidak terbuka, tidak jelas. Jadi harus ada keterbukaan, memang fair-nya begini” tegas Jonan.

Menurut Jonan, sistem ini juga didukung Presiden Joko Widodo dengan catatan harus memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat. Untuk itu, jajaran Pusdatin diminta tidak berhenti sampai terwujudnya ESDM One Map, karena keakuratan data harus disajikan secara berkelanjutan.

Selain itu peningkatan kualitas juga menjadi suatu keharusan, karena dengan adanya akses data terbuka seperti sekarang dipastikan ada peningkatan risiko keamanan yang harus bisa diantisipasi.

“Ini teknologinya harus improve, security-nya harus improve. Kalau tidak, ini pasti dicoba orang untuk masuk. Jadi harus ada perbaikan dan improvement,” kata Jonan.(RI)