JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mencatat kebutuhan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) diperkirakan akan meningkat menjadi 8,4 billion cubic feet per day (BCFD) pada 2030, sementara produksi nasional hanya sekitar 4 BCFD. Untuk menutup defisit tersebut dibutuhkan impor LNG hingga 4 BCFD.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan untuk memenuhi kebutuhan LNG yang makin besar di masa depan, impor adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh.

“Tidak hanya itu, pengggunaan infrastruktur dan pengolahan yang terintegrasi juga sangat diperlukan. Untuk itu konsolidasi dengan PGN diperlukan untuk mengelola masuknya LNG dalam jumlah besar,” kata Dwi, Selasa lalu.

Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN ke dalam Pertamina yang akan menjadi induk usaha (holding) BUMN energi.

Menurut Dwi, perkembangkan sektor industri serta pergeseran penggunaan energi diperkirakan akan menjadi faktor utama meningkatnya permintaan LNG. “Permintaan LNG tumbuh sekitar 3,8% pada 2030 dan konsumen utamanya atau sekitar 70% adalah power (pembangkit listrik) serta industri,” ungkapnya.

Permintaan minyak juga tetap akan meningkat, namun pertumbuhannya tidak terlalu sugnifikan karena hanya sekitar 2%. “Untuk minyak konsumen terbesarnya masih dari sektor transportasi dan chemical,” tandas Dwi.(RI)