JAKARTA – PT Adaro Power,   anak usaha PT Adaro Energy Tbk menggandeng mitra internasional dalam tender proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sumatera yang digelar PT PLN (Persero).

Adaro Power langsung mengikuti lelang lima  proyek PLTS berkapasitas total 100 megawatt (MW) dari enam proyek yang dilelang PLN.

Adrian Lembong, Direktur Teknologi Adaro Power, mengungkapkan dalam mengikuti lelang PLTS, Adaro tidak jalan sendiri melainkan membentuk perusahaan konsorsium atau berpartner dengan perusahaan internasional yang juga sudah berpengalaman di bisnis renewable energy.

“Kita ada kerja sama dengan berbagai perusahaan. Ada dengan Kepco (Korea Electric Power Corp.) dari Korea, dengan Mitsui dari Jepang, dengan Enel dari Italia, serta EWP,” kata Adrian kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Perusahaan konsorsium yang dibentuk Adaro dengan mitra akan mengerjakan proyek yang berbeda-beda.

Menurut Adrian,  Adaro sengaja berpartner dengan mitra yang sudah dikenal sebagai pemain utama di bisnis renewable energy,  baik di negaranya masing-masing maupun di dunia internasional untuk bisa mendapatkan keuntungan transfer ilmu dan pengalaman.

“Jadi kita dengan masing-masing perusahaan itu membentuk konsorsium berbeda. Kita coba menggali pengetahuan dan pengalaman dari berbagai pemain besar dunia untuk bisa diterapkan di Indonesia dalam bidang PLTS,” ungkap dia.

Adrian menambahkan dalam penilaian pre-qualification Adaro bersama dengan para partner di setiap proyek sudah dinyatakan sebagai layak untuk berpartisipasi.

Saat ini kelanjutan tender sedang menunggu data teknis dari PLN untuk memastikan bahwa desain yang diajukan Adaro sesuai. Artinya sistem yang akan dipasang itu bisa tersambung dengan fasilitas yang dimiliki PLN.

“Namanya grid code. Jadi tersambung sama sistem pendistribusian listrik yang sudah ada sekarang milik PLN,” kata Adrian.

Garibaldi Thohir, Direktur Utama, Adaro Energy mengaku optimistis dengan pengembangan PLTS oleh Adaro. Apalagi Adaro mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki pengembang lain, yakni ketersediaan lahan.

Dia menyatakan selama ini problem terbesar dari PLTS adalah ketersediaan lahan. Karena jika teknologi, dan sisi investasi, sekarang sudah mulai sangat kompetitif dan bisa dicapai perusahaan lain

“Cuma masalahnya kan lahan. Dia butuh lahan luas. Adaro kan site-nya luas. Sebagian itu daerah penyangga, jadi enggak dipakai untuk tambang,” kata Garibaldi.

Enam paket PLTS yang dilelang memiliki kapasitas total 167,58 MW di Sumatera dengan rinciannya, wilayah Aceh sebesar 20 MW, Sumatera Utara sebesar 35 MW, Wilayah Riau, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung sebesar 38,68 MW, Wilayah Sumatera Barat sebesar 16 MW, Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu sebesar 33 MW, dan Wilayah Lampung sebesar 24,9MW.(RI)