JAKARTA – Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Februari 2018 turun US$3,98 menjadi US$61,61 per barel dibanding harga rata-rata Januari 2018 sebesar US$65,59 per barel. ICP SLC Februari 2018 juga turun US$3,52 per barel dari US$65,83 per barel menjadi US$62,31 per barel.

Salah satu faktor penekan harga minyak adalah peningkatan pasokan minyak di pasar internasional. Publikasi OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) Februari 2018 mengindikasikan bahwa pasokan minyak global meningkat sebesar 0,35 juta barel per hari menjadi rata-rata 97,66 juta barel per hari.

IEA (International Energy Agency) dan EIA (Energy Information Administration) pada Februari 2018 juga melaporkan rata-rata produksi minyak mentah tahunan di Amerika Serikat hingga Februari 2018 mencapai level tertinggi sejak 1970, yaitu sebesar 10,6 juta barel per hari. Serta berpotensi mendekati produksi Rusia dan melebihi produksi Arab Saudi pada akhir 2018.

EIA dalam laporannya juga menyebukan bahwa stok minyak mentah komersial Amerika Serikat pada Februari 2018 naik sebesar 5,1 juta barel dibanding Januari 2018 menjadi 423,5 juta barel. Stok distillate fuel oil Amerika Serikat Februari 2018 juga meningkat 0,1 juta barel dibanding Januari 2018 menjadi 138,0 juta barel.

Stok gasoline Amerika Serikat Februari 2018 naik sebesar 9,7 juta barel dibanding Januari 2018 menjadi 251,8 juta barel.

Data IEA pada Februari 2018 juga menyebut, permintaan kilang global untuk kuartal I 2018 diperkirakan turun sebesar 0,4 juta barel per hari dibanding kuartal IV 2017, sebagai akibat dari rencana perbaikan berkala kilang.

Penurunan permintaan musiman dan momen tepat untuk sejumlah kilang berhenti beroperasi untuk melaksanakan pemeliharaan, seiring akan berakhirnya periode puncak konsumsi heating oil selama musim dingin di belahan bumi bagian utara.

Pergerakan harga minyak juga dipengaruhi penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat yang disebabkan ketidakstabilan pasar modal serta spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat akan menaikkan tingkat suku bunga akibat kenaikkan keuntungan obligasi.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi penurunan permintaan minyak mentah di Jepang. Penggunaan sumber energi alternatif sebagai pasokan energi untuk pembangkit listrik meningkat selama musim dingin dibandingkan dengan permintaan di periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Di China juga telah program bahan bakar alternatif rendah emisi juga terus berlanjut. Serta peningkatan pengawasan atas pajak konsumsi terhadap kilang-kilang independen, hingga memaksa kilang untuk menurunkan konsumsi minyak mentah.

Pemerintah sendiri memperkirakan pergerakan harga minyak masih akan cenderung menurun hingga akhir 2018, meskipun tetap berada dikisaran diatas US$ 50 per barel.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pemerintah masih mengkaji rencana untuk merubah asumsi rata-rata ICP pada pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2018.

“Kan masih diproses APBN P. Proses revisi karena di awal kita US$ 48 per barel. kita monitor kenceng ini. Saya tidak bisa mengetahui angkanya berapa. Kemungkinan most likely revisi itu ada,” kata Ego.(RI)