JAKARTA-PT Bukit Asam Tbk (PTBA), perusahaan tambang batubara milik pemerintah, menargetkan produksi batubara tahun ini sebesar 24 juta ton, naik 22,32% dibandingkan produksi tahun lalu sebesar 19,62 juta ton. Adib Ubaidillah, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, mengatakan curah hujan pada kuartal I 2017 yang tinggi tidak menjadi penghalang perusahaan untuk terus memacu produksi batubara karena perusahaan telah membuat sistem drainase agar air hujan tidak mengganggu proses produksi.

“Peningkatan produksi itu salah satunya karena dukungan proyek kereta api ke Sumsel,” ujar Adib.

Menurut dia, penambahan produksi secara otomatis akan mendorong perluasan pasar. Saat ini, Bukit Asam menjajaki pasar ekspor baru potensial ke sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, Bangladesh, dan sejumlah negara di Timur Tengah, beberapa bahkan dalam negosiasi harga. “Kami optimisits dapat mendapatkan harga yang baik dan juga pangsa pasar yang lebih baik,” kata Adib.

Sebanyak 55% total produksi Bukit Asam dialokasikan untuk ekspor dan sisanya untuk kepentingan dalam negeri. Batubara kualitas tinggi (high ranck coal) diekspor dan kualitas medium untuk domestik.

Saat ini Bukit Asam memiliki cadangan batubara 3,33 miliar ton dengan masa tambang lebih dari satu abad.

Hingga kuartal III 2016, Bukit Asam mencatatkan pendapatan sebesar Rp10,04 triliun atau sebesar 96% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp10,50 triliun. Penurunan ini berkaitan dengan belum membaiknya harga batu bara sebagaimana terlihat dari harga jual rata-rata tertimbang pada periode Januari-September 2016 sebesar Rp645,844 per ton atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2015, sebesar Rp712,099 per ton.

Ada pun harga jual rata-rata ekspor pada periode Januari-September 2016 sebesar US$51,75 per ton atau lebih rendah dari harga pada periode yang sama tahun 2015 sebesar US$60,81 per ton.

Untuk produksi dan pembelian batu bara pada periode Januari-September 2016 tercapai 14,02 juta ton atau sebesar 92% dibandingkan tahun 2015 sebesar 15,26 juta ton. Total produksi tercapai 12,98 juta ton atau 92% pada 2015. Sedangkan pembelian batu bara tercapai 1,05 juta ton atau 88% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi ini semata-mata dilakukan dalam rangka optimalisasi stok batu bara, baik itu di Tambang dan Pelabuhan.

Sementara untuk laba bersih, perseroan berhasil mengantongi sebesar Rp1,06 triliun, sedangkan tahun sebelumnya laba bersih yang tercatat sebesar Rp1,50 triliun. Dari sisi margin, Perseroan mencatatkan Gross Profit Margin (GPM) sebesar 24,35%, Operating Profit Margin (OPM) sebesar 12,31%, dan Net Profit Margin (NPM) sebesar 10,51%.

Adapun untuk penjualan, perseroan berhasil mencatat volume penjualan sebesar 15,14 juta ton atau naik 5,5% dari periode yang sama tahun 2015 sebesar 14,35 juta ton. Kebijakan Perseroan yang memprioritaskan batu bara Medium Range Calories ini menyebabkan komposisi penjualan untuk pasar domestik mencapai 60,6% atau naik 23% dari 7,46 juta ton pada Kuartal III 2015 menjadi 9,18 juta ton pada periode yang sama tahun ini. Sedangkan penjualan ekspor naik menjadi 39,4% atau menjadi 5,96 juta ton. Peningkatan volume penjualan ini tak lepas dari peningkatan angkutan kereta api batu bara dari lokasi tambang menuju pelabuhan pengiriman sebesar 6% atau menjadi 12,68 juta ton, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,94 juta ton. (DR)