JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor tambang timah, membukukan laba bersih Rp300,6 miliar pada periode sembilan bulan 2017, melonjak 493,5% dibanding periode Januari-September 2016 sebesar Rp50,6 miliar. Lonjakan laba bersih Timah didorong peningkatan pendapatan sebesar 44,2% menjadi Rp6,62 triliun dibanding sembilan bulan 2016 sebesar Rp4,59 triliun.

Amin Haris Sugiarto, Sekretaris Perusahaan Timah, mengatakan performa positif kinerja keuangan perseroan ditopang peningkatan volume penjualan timah olahan yang mencapai 16,1% dibanding periode sembilan bulan 2016.

“Dengan terus melakukan peningkatan kinerja operasional dan berbagai upaya efisiensi, kami berharap dapat mencapai hasil yang maksimal di akhir 2017,” kata Amin dalam keterbukaan informasinya, Kamis (2/11).

Timah juga mencatat biaya pokok sebesar Rp5,46 triliun pada sembilan bulan 2017, naik 37,2% dibanding periode yang sama tahun lalu. Besarnya kenaikan pendapatan dibanding biaya pokok membuat laba kotor perseroan naik 89,6% menjadi Rp1,15 triliun. Seiring dengan itu laba operasional juga naik 214,8% menjadi Rp590,1 miliar.

Peningkatan pendapatan Timah ditopang peningkatan permintaan metal timah untuk perangkat elektronik, salah satunya dari China. Hingga September 2017, Timah mencetak volume penjualan timah olahan 21.588 metrik ton, naik dibanding periode yang sama 2016 sebesar 18.600 metrik ton.

Seiring dengan kenaikan volume penjualan, harga jual rata-rata hingga September juga naik 18,9% menjadi US$20.557 per metrik ton dibanding periode sembilan bulan 2016 sebesar US$17.296 per metrik ton.

Hingga September, Timah juga telah membelanjakan modal Rp539,9 miliar. Belanja modal dialokasikan untuk peningkatan kapasitas produksi, fasilitas pendukung dan kebutuhan operasional perseroan.(AT)