Pertamina EP

Aktivitas eksplorasi Pertamina EP di Papua.

JAKARTA – PT Pertamina EP berhasil menunjukkan kinerja gemilang sepanjang sembilan bulan di 2012. Meski masih dihantui aksi pencurian minyak mentah khususnya di Sumatera Selatan, namun hingga akhir September 2012 anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) ini mampu meraup laba bersih sebesar Rp 14,3 triliun.

Manager Humas Pertamina EP, Agus Amperianto mengungkapkan, pada Triwulan Ketiga di 2012, Pertamina EP berhasil mencapai angka produksi minyak sebesar 127,9 ribu barel per hari (MBOPD) dan gas sebesar 1.048,9 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

“Sementara realisasi laba bersih pada akhir September 2012 mencapai Rp 14,3 triliun,” ungkapnya di Jakarta, Senin, 12 November 2012. Menurutnya, kinerja pada kuartal ketiga 2012 ini lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama di 2011. Produksi minyak pada periode September 2011 sebesar 126,1 MBOPD, produksi gas sebesar 1.027,6 MMSCFD, dan laba bersih sebesar Rp.11,8 triliun.

Peningkatan kinerja produksi Pertamina EP ini, seiring dengan kinerja eksplorasi (penemuan cadangan migas baru, red) yang juga cukup tinggi. Untuk mendukung upaya penemuan cadangan migas, kata Agus, Pertamina EP melakukan upaya eksplorasi dengan menyelesaikan survey seismic 3D seluas 2.027 km2 dan seismic 2D sepanjang 538 km.

Untuk pemboran eksplorasi, lanjutnya, Pertamina EP telah menyelesaikan 18 sumur yang terdiri dari 6 sumur pemboran wildcat dan 12 sumur deleniasi. Sedangkan untuk saat ini, Pertamina EP masih dalam proses pelaksanaan pemboran 3 sumur wildcat, 2 sumur deleniasi, dan 1 pemboran twin well.

Sementara itu, untuk mendukung upaya optimalisasi produksi, Pertamina EP telah menyelesaikan pemboran eksploitasi sebanyak 84 sumur dan masih melakukan pemboran eksploitasi pada 13 sumur lainnya. Sedangkan untuk sumur kerja ulang, Pertamina EP telah menyelesaikan 52 sumur dan masih melakukan kerja ulang pada 3 sumur lainnya.

Agus menerangkan, realisasi kinerja triwulan tiga tersebut merupakan wujud komitmen Pertamina EP dalam menjawab tantangan penurunan produksi alamiah sebesar 18% pertahun. Selain itu, untuk mengupayakan peningkatan produksi, Pertamina EP juga melakukan sejumlah upaya percepatan (breakthrough projects).

Breakthrough projects yang tengah dilakukan Pertamina EP diantaranya optimalisasi produksi pada asset eksisting, melakukan percepatan pengembangan lapangan baru, memperbanyak pemboran pengembangan dan Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL), reaktivasi sumur-sumur suspended, pengurasan minyak tahap lanjut atau enhanced oil recovery (EOR), dan put on production kegiatan eksplorasi.

Gas Jawa Untuk Listrik

Selain mendorong performa produksi terus dalam kondisi optimal, Pertamina EP juga berupaya mengoptimalkan pemanfaatan bahan bakar gas untuk menggantikan minyak. Salah satunya, perusahaan ini telah memulai pembangunan Central Processing Plant (CPP) Gas area Gundih pada awal November 2012.

Agus Amperianto mengatakan, CPP tersebut merupakan bagian dari Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) yang dikelola oleh Pertamina EP untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas ke PLTGU Tambak Lorok di Semarang, Jawa Tengah. Pemanfaatan gas dari area ini memberikan potensi efisiensi biaya bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik mencapai Rp.21,4 triliun dalam 12 tahun.

Potensi penghematan tersebut didapatkan dari selisih biaya penggunaan HSD (High Solar Diesel) dan Gas Bumi sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Berdasarkan kalkulasi perbandingan nilai kalor, Gas Bumi memiliki keunggulan 26,31 kali lebih tinggi dibandingkan dengan HSD.

Nilai kalori HSD per liter sebesar 9.100 Kcal sedangkan gas bumi bisa mencapai lebih dari 239 ribu Kcal. Berdasarkan asumsi pasokan 50 MMSCFD Gas untukpembangkit listrik di TambakLorok, maka potensi penghematan bisa mencapai Rp.5,4 miliar per hari atau sekitar Rp.21,4 Triliun dalam 12 tahun.

“Hal ini menjadi salah satu wujud kontribusi Pertamina EP dalam mendukung upaya pemerintah dalam melakukan pemanfaatan gas serta efisiensi biaya di sektor energy,” jelas Agus lagi. CPP yang sedang dalam tahap pembangunan ini rencananya akan menjadi fasilitas pemrosesan gas dari struktur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi di Area Gundih Kabupaten Blora dengan kapasitas proses 70 MMSCFD.

Selanjutnya, kata Agus lagi, gas nett paska pemrosesan sebesar 50 jutastandar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) akan dialirkan ke PLTGU Tambak Lorok dengan masa kontrak 12 tahun.  Gas tersebut akan dialirkan melalui pipa oleh PT. Sumber Petrindo Perkasa selaku buyer.

Dalam pembangunan CPP ini, tambahnya, Pertamina EP mengedepankan pemberdayaan tenaga kerja lokal sebagai nilai tambah kegiatan operasi perusahaan terhadap masyarakat. Dalam kegiatan ini, proporsi tenaga kerja local yang dilibatkan sekitar30% untuk klasifikasi pekerjaan yang membutuhkan keahlian (skilled) dan 100% untuk tenaga non keahlian (unskilled).

Proyek Pengembangan Gas Jawa berawal dari penemuan cadangan gas pada struktur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi di Blora, Jawa Tengah. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan, memproses, dan memproduksikan gas di area Gundih sesuai dengan keekonomian lapangan, agar siap dijual ke konsumen dengan volume 50 MMSCFD dengan jadwal onstream pada tahun 2013.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)